Ketika Hati Anda Terluka

Bagikan
Penulis : Floyd Mc Lung

Ia seorang remaja putri yang pemalu, dan agak lebih tinggi dibandingkan kebanyakan remaja lainnya.Saya sangat lelah.Saya enggan berbicara dengan seorang gadis remaja yang pemalu.Saya baru saja selesai mengajar sekelompok orang Afrika Selatan tentang Hati Allah Bapa, dan saya benar-benar ingin istirahat.Namun, saya merasa saya harus mendengarkan baik-baik apa yang gadis ini ingin katakan.

Pertanyaan-pertanyaannya seperti tidak berarti pada awalnya, tetapi kemudian saya mulai bertanya-tanya dalam hati apakah ia sedang berusaha menyampaikan sesuatu yang lain.Saya menunggu.Ketika ia selesai bicara, Saya bertanya apakah ada hal lain yang ingin ia sampaikan.Ia tampak lega.Ia duduk disebelah saya di ruang pertemuan kecil dan sesak itu dan berbisik di telinga saya, bolehkah saya menangis di bahu Anda? Tentu jawab saya, tetapi apakah kamu dapat memberitahu saya mengapa?

Matanya berlinang air mata ketika ia menceritakan kisahnya.Ayahnya telah meninggal ketika ia masih kecil.Sejak itu ia tidak mempunyai bahu siapa pun untuk menangis, tidak ada ayah untuk diajak bicara tentang pertanyaan-pertanyaan yang ada padanya, tentang kekecewaannya, prestasinya di sekolah dan rencana-rencananya.Ada kepedihan di dalam hatinya ketika ia merindukan lengan ayahnya yang besar dan penuh kasih yang dahulu biasa merangkul dan menghiburnya.

Ia menangis di bahu saya tanpa malu-malu, kemudian kami berbicara kepada Bapa kami di surga.Bersama-sama kami meminta kepadaNya untuq menyembuhkan kepedihannya dan mengisi kekosongan dalam hidupnya.

Dan Dia melakukannya.Saya bertemu gadis ini beberapa tahun kemudian ketika saya kembali ke Afrika Selatan.Mula-mula saya tidak mengenalinya, tetapi ketika ia mengingatkan saya akan doa khusus kami, saya kembali ingat kejadian itu.Ia berterima kasih kepada saya untuk saat kebersamaan kami dan menceritakan bagaimana kejadian tersebut membuat segalanya berbeda.Dalam waktu yang singkat itu ia telah mengalami hati Bapa.

Wanita muda ini telah menderita suatu luka emosional yang sangat dalam, yang menghalanginya menikmati sepenuhnya hubungan dengan Bapa.Dunia kita penuh dengan orang-orang yang menyimpan luka-luka yang tidak kelihatan , sebagaian besar berasal dari masa kecil mereka, tetapi juga banyak yang terluka karena tekanan dan persoalan kehidupan modern.Allah Bapa kita ingin menyembuhkan luka-luka tersebut dengan memastikan persekutuan yang manis dan tulus dengan anak-anakNya.

Alkitab berbicara secara khusus mengenai perlunya kesembuhan luka-luka emosional dan menggambarkan ini sebagai bagian dari proses pentahiran.Dalam PL, penulis kitab Yesaya menunjuk kepada masa yang akan datang ketika Allah akan mengutus seorang juruselamat untuk menyelamatkan manusia dari dosa dan keegoisan .Ia menggambarkan juruselamat sebagai seorang yang penuh kesengsaraan dan yang biasa menderita kesakitan(Yes 53:3).Selanjutnya dikatakan bahwa penyakit kitalah yang ditanggungnya, dan kesengsaraan kita yang dipikulnya, dan bahwa oleh bilur-bilurnya kita menjadi sembuh.

Kesembuhan ini ialah untuk kesalahan egoisme kita maupun akibat dari sikap kita yang egoisparut dan luka yang kita simpan dalam kepribadian dan perasaan kita.Dalam Yesaya 61 penulis berkata bahwa Juruselamat ini akan menyampaikan kabar baik kepada orang-orang sengsara(dan) merawat orang-orang yang remuk hatimemberitakan pembebesan kepeada orang-orang tawanan dan kepada orang-orang yang terkurung kelepasan dari penjara(ayat 1).Mereka yang beruka akan diberi minyak untuk pesta(ayat 3).Dalam Mazmur 34:19 Daud berkata bahwa Tuhan itu dekat kepada orang-orang yang remuk jiwanya.Dalam Mazmur 147:3 Ia berkata bahwa Ia menyembuhkan orang-orang yang patah hati dan membalut luka-luka mereka.Ini adalah kabar baik untuk dunia yang hancur.

Walaupun Allah telah menawarkan segalanya kepada kita, banyak orang masih membayangkan Ia duduk di surga, terpisah dari realitas kepedihan dan kekerasan dunia yang jatuh ini.Mengapa Ia menciptakan kita untuk kemudian meninggalkan kita? mereka bertanya dengan getir.

Namun, Allah bukanlah penyebab masalah kita, dan Ia tidak meninggalkan kita sendirian dalam penderitaan kita.Ia datang dan tinggal diantara kita.Ia menjadi manusia.Ia menanggung segala kesengsaraan kita, bahkan lebih lagi .

Ia menciptakan manusia, tetapi manusia menolak Dia.Ia mengirim utusan dan nabi untuk mengingatkan manusia bahwa Dialah pencipta mereka, tetapi mereka merajam nabi-nabi dan membunuh utusan-utusanNya.Maka akhirnya Allah mengutus Yesus untuk menyatakan diriNYa.Sang pencipta melangkah masuk ke dalam ciptaanNya, tetapi ciptannya itu menolak untuk mengakui Dia.Dan sesungguhnya, mereka menyalbikan Kristus di kayu salib.Lalu, apa yang dilakukan Sang Pencipta?Ia mengubah kekejaman manusia yang terbesar itu menjadi sumber pengampunan manusia!Kita membunuh Dia, tetapi Ia memakai tindakan kita yang paling egois untuk menjadi sumber pengampunan kita.

Yesus Kristus adalah penyembuh orang yang terluka .Ia tahu bagaimana perasaan kita dapat terkuka.Benar, Ia telah dicobai dengan setiap pencobaan yang telah kita alami.Ia tahu bagaimana perasaan kita dapat terluka.Benar, Ia telah di cobai dengan setiap pencobaan yang telah kita alami.

Kelahiran-NYa sendiri dipertanyakaan, dan reputasi Ibu-Nya difitnah.Ia lahir dalam kemiskinan.SukuNya terasing dan ditempat asalnya Ia di olok-olok.Ayahnya mati ketika ia masih muda dan pada tahun-tahun kemudian Ia berkelana di jalan-jalan dan kota-kota tanpa tempat tinggal.Ia disalah pahami dalam pelayananNya.Semua itu Ia lakukan untuq Anda dan saya.Ia lakukan itu untuk menyatukan diri dengan kelemahan –kelemahan kita:Sebab Imam Besar yang kita punyai, bukanlah imam besar yang tidak dapat turut merasakan kelemahan-kelemahan kita, sebaliknya sama dengan kita, Ia telah dicobai, hanya tidak berbuat dosa.Seba itu marilah kita dengan penuh keberanian menghampiri takhta kasih karunia, supaya kita mendapat pertolongan kita pada waktunya(Ibr 4:15-16)

Allah Bapa mengutus Yesus Kristus ke dalam dunia untuk menjembatani keterpisahan kita dariNya.Keterpisahan karena keegoisan kita itu merupakan pusat dari banyak luka emosional.Jika dibiarkan tanpa ditangani, seringkali hal itu berkembang menjadi apa yang saya sebut sebagai sindrom Saul, yang menyebabkan keterasingan dari Allah dan orang lain.Yesus datang untuk membawa pendamaian sebagai ganti keterasingan, kesembuhan sebagai ganti luka, dan keutuhan sebagai ganti kepribadian yang terkeping-keping.

SINDROM SAUL..

Ia seorang laki-laki jangkung yang menarik banyak perhatian.Warna rambutnya yang kemerah-merahan dan janggutnya yang dipotong rapi membuatnya semakin gagah.Ia bersikap sebagai seorang raja dan kemanapun ia pergi, mata orang mengikutinya.

Ia mempunyai kemampuan untuk menarik banyak orang kepada dirinya, untuk mengerahkan mereka bagi suatu tujuan dan mengilhami mereka untuk perkara-perkara besar.Orang-orang tidka takut untuk memepercayakan mimpi-mimpi rahasia dan pengharapan mereka kepadanya.Ia seorang pemimpin diantara pemimpin.

Paling tidak itulah yang mereka pikir.

Dibawah bahu yang bidangdari pemimpin yang jangkungdan bertampang hebat ini terdapat hati yang dipenuhi kecemburuan dan ketakutan.Begitu dalam rasa tidak amannya, begitu tidak pasti dasar kepribadiannya,sehingga sedikit gejala kebesaran orang lain yang ada disekitarnya dianggap sebagai ancaman terhadap kedudukannya.

Kebanyakan dari pengikutnya begitu terpesona terhadap kemampuannya memimpin dan berkomunikasi sehingga mereka tidak melihat keinginannya yang fanatik untuk mempunyai kekuasaan yang mutlak.Tetapi, beberapa pria yang tanggap mulai ragu-ragu.

Kecemerlangannya dalam strategi perang dan kemampuannya yang luar biasa untuk melakukan yang tepat pada waktu yang tepat meyakinkan pengikut-pengikutnya yang tidak dekat dengannya akan kehebatannya, tetapi membingungkan mereka yang dekat dengannya.Dia adalah orang yang diurapi Tuhan, pikir mereka.Tampaknya ia selalu benar.Mereka tidak mau memikirkan tentang yang nyata:pelanggaran-pelanggarannya terhadap prinsip, kekurangan pengabdiannya, ketidak relaannya untuk mempromosikan orang lain, kemarahannya dan ketidasabarannya, semua itu membuatnya tidak memenuhi persyratan seorang raja.Sesungguhnya, mereka sangat bingung dan malu terhadap ledakan amarahnya yang tersembunyi dan serangan-serangan kemurungan dan depresi.

Akhirnya ada satu orang yang tidak lagi bingung tentang karakter raja ini: Samuel, yang telah mengurapinya sebagai raja.

Dalam suatu tindakan yang taat, nabi ini telah mengurapi kepala raja dengan minyak, berdoa baginya, dan dengan berbuat demikian meneguhkan laki-laki ini untuk memerintah suatu bangsa.Berbeda dengan orang lain, Samuel tidak terkesan dengan kekuatannya sendiri.Ia telh belajar sejak masa kanak-kanak bahwa hanya ada satu tanggapan yang dapat diterima atas panggilanNya:ketaatan yang tulus seperti anak-anak.

Dan sekarang hatinya gusar.Bukan dengan kemarahan yang tak terkendali, melainkan dengan kemarahan yang sdh selayaknya.Cukup sudah.Ia telh menunggu dengan sabar, mengawasi kehancuran di dalam kerajaan karena ketidakjujuran dan ketidaktaatan sang raja.Ia melihat kegelisahan raja yang amat dalam.Pergumulannya yang menyakitkan untuk mendapatkan penghargaan dan keamanan dalam puji-pujian pengikutnya.Nabi telah bergumul bermalam-malam mengenai raja, dalam doa syafaat dan deraian air mata.Ia telah berpuasa berhari-hari , memohon Allah untuk mengubah sikap raja, dan untuk menolongnya mendapatkan rasa aman itu dalam perkenanAllah.Tetapi semua itu sia-sia.

Lalu datanglah firman Tuhan kepada Samuel:Aku menyesal, karena Aku telah menjadikan Saul Raja, sebab ia telah berbalik daripada aku dan tidak melaksanakan firmanKu(I Samuel 15:10)

Dalam beberapa detik konfrontasi yang dasyat, segalanya telah berlalu; otoritas raja diambil daripadanya.Ia tetap pada kedudukannya-benar-tetapi itu bukan jaminan akan otoritasnya.Tetapi otoritas datang dari watak, dari ketaatan dan pengurapan Allah.

Penyelidikan yang cermat atas kehidupan Saul menunjukkan suatu polasuatu daur yang mengerikan dan nyata dari perasaan rendah diri dan luka-luka emosionalSindrom Saul

I Samuel 15:17 berkata bahwa Saul kecil dalam pemandangannya sendiri Ini tidka bias disalahartikan sebagi kerendahan hati, sebab jika itu yang dimaksud Samuel, maka tidak perlu mengganti sauls ebagai Raja.Yang dikatakan Samuel ialah bahwa meskipun Saul merasa dirinya kecil dan memandang rendah dirinya sendiri, ia tetap bertanggung jawab atas segala perbuatannya di hadapan Allah.Rasa rendah diri bukanlah alasan untuk tidak taat.

Dalam 1 Samuel 15 ditunjukkan karakteristik Saul berkenaan dengan kompleks rendah diri yng tidak ditangani itu: keras kepala(degil) dan pemberontakpendurhakaan(pemberontakan) adalah sama seperti dosa bertenung dan kedegilan adalah sama seperti menyembah berhala(ayat 23), sombong —Saul telah ke Karmel tadi dan telah didirikannya baginya suatu tanda peringatan(ayat 12), takut kepada manusiaAku telah berdosa tetapi aku takut kepada rakyat(ayat 24), dan tidak taatMengapa engkau tidak mendengarkan suara Tuhan?sesungguhnya mendengarkan(menaaati) lebih baik daripada korban(ayat 22).Digambarkan dengan sederhana, sindrom Saul ialah sebagai berikut:

RENDAH DIRI => BERONTAK => SOMBONG => TAKUT KEPADA MANUSIA => TIDAK TAAT => RENDAH DIRI dst.

Persoalan yang satu menyebabkan persoalan yang lain.Jika kita tidak menangani luka-luka bathin menurut cara Allah, hal itu akan membuat kita memberontak kepada Allah, yang selanjutnya menghasilkan kesombongan.Kesombongan adalah lebih banyak mempedulikan apa kata orang daripada apa kata Tuhan, yang menghasilkan takut akan manusia.Takut kepada manusia pasti akan mengakibatkan ketidaktaatan.Mungkin saja kita masih berbuat banyak untuk Tuhan, tetapi kita menjalankan suatu agama yang terdiri dari pekerjaan yang mati.

Orang-orang yang PALING TERLUKA yang saya kenal juga adalah orang-orang yang PALING SOMBONG DAN PALING MANDIRI.Luka-luka bathin membuat kita sangat rentan terhadap sindrom yang ganas ini dan tak seorangpun yang kebal terhadapnya.Untuk membantu mengenali sindron saul ini, saya telah melukiskan beberapa gejala yang tampak bekerja dalam kehidupan kita sehari-hari:

Penarikan diri atau pengucilan diri.Sindrom Saul menyebabkan kita memisahkan diri dari orang lain.Penarikan diri dapat merupakan cara untuk menutupi atau membenarkan penolakan kita untuk mengampuni merek yang menyakiti kita atau berkompromi dengan mereka yang tidak sependapat dengan kita.
Sifat ingin memiliki(posesif).Mentalitas pelayananku, kelompokku, pendapatku, pekerjaanku, tempatku di gereja adalah mementingkan diri sendiri dan berasal dari sikap membangkang.Alkitab mengajar bahwa pemberontakan/pendurhakaan adalah sama seperti dosa bertenungitu datangnya dari neraka(I Samuel 15:23).Sikap aku dulu adalah dosa.
Mental kami versus mereka.Ketik kita terperangkap dalam sindrom Saul, kita mulai berpikir dalam istilah kami dan merekamereka yang setuju dengan kami versus mereka yang tidak setuju.Pola pikir ini menandai bukan saja kita tidak sepaham, tetapi juga menghakimi orang lain dan menciptakan perpecahan dalam gereja.
Manipulasi.Orang yang sombong dan terlalu mandiri dapat bersikap manipulatif dengan menolak bekerja sama, menuntut caranya sendiri, mengritik, atau terus menghakimi apa yang dikerjakan oleh orang lain.Kita me-rohani-kan dalih-dalih kita, dan itulah sebabnya mengapa manipulasi kita dapat lebih berbahaya.
Tidak mau diajar.Sindrom Saul menyebabkan kita tertutup bagi orang lain.Kita menolak untuk menerima koreksi dan ajaran dari orang lain.Hati kita menjadi sangat keras.
Sikap suka mengritik dan menghakimi.Kita membenarkan hal ini dengan berbagai cara, tetapi semuanya itu dapt disederhanakan menjadi fitnah dan menghakimi motivasi orang lain.
Tidak sabar.Kita ppikir cara kita lebih baik, dan menolak untuk menunggu orang lain yang tidak setuju atau tidak mengerti.
Curiga/tidak percaya.Sindrom Saul membuahkan kecurigaan.Kita menuduh orang lain tidak mempercayai kita, tetapi seringkali itu hanyalah proyeksi dari ketidakpercayaan kita sendiri, mencerminkan kemandirian kita dan berkaitan lebih banyak dengan kebutuhan kita daripada kebutuhan orang lain.
TIdak setia.Memanfaatkan keraguan, luka hati atau kebutuhn orang lain untuk berpihak kepada kita, dan bukan membangun kesatuan, kasih dan pengampunan serta pendamaian.
Tidak berterima kasih.Kita berfokus kepada apa yang kita pikir seharusnya dilakukan untuk kita daripada seberapa banyak yang sudah dilakukan untuk kita.
Idealisme yang tdiak sehat.Kita memberhalakan suatu cara/metode, standar atau program dan menempatkannya diatas orang, khususnya mereka yang tidak sependapat dgn kita.Hal-hal yang ideal menjadi lebih penting daripada kesatuan atau sikap hati yang benar.
Meskipun sindrom Saul seringkali hanya merupakan suatu gejala dari rasa terluka dan rasa ditolak yang tidak diselesaikan, hal ini tetap egois dan salah, dan harus ditangani dengan tidak tanggung-tanggung.Tidak ada masalah pemberontakan atau rasa rendah diri yang tidak bisa ditangani dengan kerendahan hati dan kehancuran hati yang sungguh-sungguh..

Alkitab menjanjikan bahwa jika kita merendahkan hati, maka Allah akan mengasihani kita(Yak 4:6,7)Kita takut direndahkan, tetapi itu bukan yang dimaksud Allah ketika dikatakan bahwa kita harus merendahkan hati.Kerendadahan hati ialah kerelaan untuk berdiri di pihak Allah menentang dosa kita sendiri.Banyak orang akan lebih menghormati kita, dan bukan sebaliknya, jika kita merendahkan hati dan mengakui kebutuhan kita.Saya percaya Allah senantiasa menghargainya.

Jika Anda terperangkap dalam sindrom Saul ini, Anda tidak akan pernah bebas sebelum Anda menerima tanggung jawab untuk bertobat dari sikap yang salah ini.Tidak ada gunanya menyalahkan orang lain untuk persoalan Anda, atau berdalih untuk dosa Anda, Rendahkanlah hati Anda di hadapan Allah dan orang lain.Berserulah kepadaNya dalam doa yang sungguh-sungguh.

Bertahun-tahun yang lalu saya melihat gejala ini dalam hidups aya sendiri.Saya disakiti oleh rasa tidak aman yang sangat mendalam, namun saya juga amat sombong dan terlalu mandiri.Saya rindu untuk diterima dan diakui tetapi terlalu sombong untuk mengakui kebutuhan saya akan bantuan.Saya dihantui oleh apa pendapat orang lain tentang diri saya, khususnya pemimpin-pemimpin lain.Hanya ketika saya merendahkan hati di hadapan orang lain dan bertobat di hadapan Allah, Dia melepaskan saya dari sindrom Saul ini.Saya membuat perjanjian dengan Allah bahwa saya ingin Dia membereskan hal-hal tersebut dalam hidup saya, lebih daripada saya menginginkan kepemimpinan, perhatian, atau penerimaan dari orang lain.Saya menyebutnya sebagai perjanjian Yusuf.Suatu hari saya berada berdua saja dengan Allah di sebuah hutan di Belanda dan saya berseru kepadaNya.Saya katakana kepada Bapa bahwa berapapun harga yang harus saya bayar, saya ingin supaya Dia mencabut keluar dari hidup saya pemberontakan, kesombongan dan ketakutan saya kepada manusia.

Saya katakana kepada Allah bahwa saya dapat menunggu sepanjang 12 tahun seperti Yusuf di Mesir, tetapi saya tidak mau mengambil jalan pintas untuk membenarkan hidup saya di hadapan-Nya.Itu doa yang sangat mahal, tetapi saya tidak pernah menyesal.Allah mendengar saya pada hari itu dan membuat beberapa perubahan penting dalam hidup saya.

Bebas dari rasa takut kepada manusia.

Kita tidak akan pernah benar-benar bebas untuk mengasihi Allah Bapa jika kita dikuasai oleh takut kepada manusia.Alkitab mengatakan bahwa takut kepada orang mendatangkan jerat, mendatangkan perangkap.Kita menjadi tawanan dari rasa takut, selalu khawatir tentang apa pendapat orang lain, didominasi oleh perbuatan orang lain dan bukan firman Allah.Apakah Anda merasa bahwa Anda selalu menengok ke belakang, berusaha untuk memusingkan apa yang orang-orang katakana tentang Anda?Apakah Anda menentukan tindakan Anda berdasarkan penilaian manusia daripada apa yang berkenan kepada-Nya.Jika iya, Anda terikat oleh takut kepada manusia.

Obat untuk takut kepada manusia ialah takut akan Allah!.Takut akan Allah buknalah suatu ketakutan secara emosional, atau takut akan murka Allah.Alkitab memberi defenisi yang jelas tentang takut akan Allah:

Takut akan Allah ialah membenci dosa.Amsl 8:13 berkata,Takut akan Tuhan ialah membenci kejahatan
Persahabatan dan keakraban dengan Allah sama dengan takut akan Tuhan.Mazmur 97:10 mengatakan, Hai orang-orang yang mengasihi Tuhan, bencilah kejahatan! dan Mazmur 25:14 mengatakan, Tuhan bergaul karib dengan orang yang takut akan Dia.
Takut akan Tuhan ialah menghormati-Nya dan takjub kepadaNya.Mazmur 33:8 berkata, biarlah segenap bumi takut kepada Tuhan, biarlah semua penduduk dunia gentar terhadap Dia!
Takut akan Tuhan adalah permulaan hikmat dan pengetahuan.Amsal 1:7 mengatakan, Takut akan Tuhan adalah permulaan pengetahuan.
Takut akan Tuhan tidak ditunjukkan dengan semacam tampang suci di wajah Anda, juga bukan dengan semacam suara yang bergetar ketika Anda berdoa.Itu tidak dinyatakan melalui gaya Anda berpakaian atau berapa banyak peraturan yang telah Anda taati.

Secara sederhana, takut akan Allah berarti mengasihi-Nya sedemikian rupa sehingga kita membenci apa yang Dia benci.Kebencian seperti ini tidak lahir dari kefanatikan agamawi, atau refleksi dari kebudayaan kita.Takut akan Tuhan datang dari keakraban dengan-Nya, sehingga selaras dengan karakternya, kita mengasihi apa yang Dia kasihi dan membenci apa yang Ia benci.Takut akan Tuhan bukanlah kemarahan yang membabi buta melainkan kemarahan terhadap dosa yang membinasakan.Takut akan Tuhan adalah melihat kekuatan dosa yang kejam, menipu, menindas dan menghancurkan, dan membencinya karena dosa adalah dosa.

Takut akan Tuhan tidak terjadi secara kebetulan.Hal itu tinggal di dalam kita karena kita memilih untuk takut akan Dia(Amsal1:28, 29, 2:1-5), dan mengutamakan-Nya dalam hidup kita.Takut akan Tuhan datang karena kita muak dan jemu dikuasai dan dimanipulasi oleh takut kepada manusia, oleh dominasi ketakutan kita sendiri dan rasa tidak aman.Takut akan Tuhan datang karena kita berseru dan mencari-Nya, mengejar-Nya dan merindukan-Nya dengan sangat.

Sindrom Saul dapat dipatahkan.Anda dapat dibebaskan, tetapi ada harga yang harus dibayar.Jika Anda menginginkan kesembuhan bathin dan mengenal kasih Bapa, anda harus memilih untuk takut akan Dia.Amsal 14:26 mengatakan, Dalam takut akan Tuhan ada ketentraman yang besar.Adalah kerendahan hati dan takut akan Tuhan yang akan membawa kita kepada hati Allah Bapa, dan membimbing kita kepada keutuhan dan harga diri.

Bagaimana Allah memulihkan hati yang luka..

Dalam tulisan yang lain, saya telah menyusun langkah-langkah menuju kesembuhan dari luka-luka emosional dan psikologis.Saya tidak memasukkan langkah-langkah tersebut sebagai resep ajaib atau jimat untuk dilambai-lambaikan ke hadapan wajah Allah.Kebenaran dari tiap-tiap langkah itu harus diterapkan dalam hidup kita ketika kita siap untuk itu dengan bimbingan Roh Kudus(jika Anda tidak tahu bagaimana cara dibimbing Roh Kudus, mintalah kepadaNya untuk menolong Anda.Dia berjanji akan menolong mereka yang meminta kepadaNya.Ambil tiap langkah dan terapkan secara pribadi ke dalam keadaan Anda.

Jika masalah Anda kompleks, Anda mungkin membutuhkan bantuan dari seorang penasihat yang professional atau seorang psikolog.Pada tulisan lain terlampir pedoman untuk memilih penasihat yang professional atau psikolog.Anda mempunyai hak untuk bertanya kepada mereka sebelum mengijinkan mereka menanyai Anda.Jangan sekali-kali membiarkan diri Anda ditolong atau dinasehati seseorang kecuali Anda merasa aman terhadap orang tersebut dan yakin bahwa ia memang terampil dan cakap.

Kita tidak harus hidup dalam luka emosional yang permanent.Karena kasih bapa Surgawi kita kepada kita dan karena Yesus telah menderita untuk kita, kita tidak perlu terus menanggung luka-luka tersebut seumur hidup kita.Kita dapat dipulihkan dan dibebaskan untuk hidup dalam sukacita kasih-Nya.Namun, kita harus bersedia membayar harganya.

Jodoh

Bagikan
Penulis : Yakub B. Susabda, Ph.D

Memilih jodoh yang tepat bagi orang beriman, betul-betul suatu upaya penuh pergumulan. Mengapa tidak, karena hal menurut pimpinan Tuhan dalam hal jodoh, ternyata mempunyai sisi-sisi yang begitu kompleks. Allah adalah Allah yang hidup, dan ternyata tidak menginginkan pergumulan yang sama pada setiap anak-anak-Nya. Kepada yang diberi banyak Ia menuntut banyak (Lukas 12:48b), dengan kata lain, kepada yang diberi sedikit Allah juga menuntut pertanggungjawaban yang sedikit. Sulit dipahami jikalau pada individu-individu tertentu Allah seolah-olah begitu longgar sehingga pernikahan dengan yang “tidak seiman” (yang jelas-jelas tidak sesuai dengan prinsip Alkitab — 2Korintus 6:14) dapat dengan begitu mudah diselesaikan dengan membawa pasangannya kepada Tuhan. Sebaliknya, begitu banyak pasangan-pasangan seiman, bahkan dengan komitmen pelayanan rohani yang tinggi ternyata sepanjang hidupnya berurusan dengan berbagai masalah yang begitu sulit diselesaikan. Apakah mereka salah memilih jodoh? Mungkin juga tidak, tetapi coba perhatikan kasus di bawah ini.

Yuni (bukan nama sebenarnya) lahir dan dibesarkan dalam keluarga Kristen yang semuanya aktif di gereja. Yuni sendiri sudah ikut mengajar Sekolah Minggu sejak ia masih di bangku SMA, dan ia terus- menerus menduduki jabatan dalam kepengurusan di Komisi Pemuda gerejanya. Keluarga orangtua Yuni adalah keluarga yang akrab, saling mengasihi dan saling mendukung. Sejak kecil ia merasakan betapa keterbukaan dan berbagi perasaan adalah pengalaman hidup sehari-hari. Tidak heran jikalau Yuni tumbuh menjadi pribadi yang gampang bergaul dan mempunyai banyak teman.

Aneh, tetapi mungkin memang sudah jodohnya, karena Yuni tertarik dan kemudian menikah dengan Toni (bukan nama sebenarnya) seorang penginjil muda yang brilian yang baru menyelesaikan kuliah S-2. Pacaran mereka berjalan baik-baik saja, karena keduanya memang tak suka ribut. Pada tahun pertama pernikahan mereka, Yuni sudah sering mengeluh tentang Toni yang terlalu pendiam dan lebih suka duduk di depan komputer daripada ngobrol dengan Yuni. Ia melarang Yuni bekerja, karena takut menjadi batu sandungan bagi jemaat. Bahkan, bergaul dengan pemuda-pemudi di gerejanya dirasakan oleh Toni sebagai hal yang kurang pantas. Begitu juga kedekatan dengan ibu-ibu muda yang dianggapnya sebagai “kebiasaan ngerumpi” yang tidak baik. Toni ingin Yuni menjadi seperti ibu pendeta senior yang sehari-hari di rumah atau menemani suaminya dalam berbagai pelayanannya. Akibatnya, Yuni betul-betul tertekan dan tidak tahan. Ia kehilangan sukacita dan seringkali bertanya di dalam hatinya, “Apakah pernikahannya keliru? Apakah Toni sebenarnya bukan jodoh yang disediakan Tuhan baginya?”

Apakah yang dapat Anda lakukan untuk menghadapi teman dengan kasus seperti ini? Nah, beberapa prinsip di bawah ini mungkin dapat melengkapi Anda:

A. Mengenal siapa klien Anda.

Melihat kasus di atas, rasanya Anda dengan mudah dapat mengenal siapa sebenarnya Yuni. Mungkin dapat dikatakan bahwa Yuni lahir dan dibesarkan di tengah keluarga Kristen yang cukup harmonis dan sehat sehingga ia dapat mengembangkan bakat dan kebutuhan sosial yang cukup sehat. Ia melihat dan mendambakan hubungan suami istri sebagai hubungan yang sifatnya pribadi, yaitu hubungan antardua pribadi manusia yang utuh dan saling membutuhkan.

Tidak heran jikalau ia menginginkan kedekatan pribadi dengan Toni, suaminya. Ia mempunyai kebutuhan primer “social- relational” yang dalam istilah Abraham Maslow disebut “love and belongingness”. Ini adalah kebutuhan pribadi dari individu dengan fase kematangan yang cukup tinggi. Yuni mungkin mewarisi kebutuhan ini melalui pengalaman belajarnya sejak kecil. Dalam keluarga orangtuanya, hubungan antarindividu yang akrab, diwarnai dengan canda, pengalaman bersama, dan kebiasaan membagikan perasaan dan pikiran menjadi realita sehari-hari.

[Abraham Maslow`s hierarchial needs merupakan manifestasi fase-fase kematangan pribadi seorang. Individu dengan kematangan pribadi paling rendah mempunyai kebutuhan primer “physical”, kemudian lebih tinggi dari itu kebutuhannya adalah “security”, lebih tinggi lagi barulah “love and belongingness”. Di atas itu kebutuhan individu menjadi “self- esteem”. Lebih tinggi lagi dari “self-esteem” adalah kebutuhan “aesthetica”, dan paling atas adalah kebutuhan individu yang sangat matang yaitu kebutuhan “selfactualization”.]

Lain halnya dengan keluarga dimana Toni dibesarkan. Sayang sekali kita tidak mempunyai informasi cukup tentang itu. Mungkin kita dapat meraba jikalau Toni juga dari keluarga Kristen yang cukup baik dimana tanggung jawab sangat diutamakan. Mungkin dari kecil, ia dituntut untuk memikul tanggung jawab yang besar dengan risiko disiplin yang keras, yang… banyak dikaitkan dengan Tuhan. Suatu bentuk orientasi hidup yang biasanya disertai dengan kurangnya kedekatan-kedekatan antarpribadi dalam keluarga. Alhasil, lahirlah seorang Toni, yang penuh tanggung jawab, tak mau menjadi batu sandungan, karena memang kebutuhan primernya adalah “sukses dalan pelayanan”. Baginya, ngobrol, bertukar pikiran adalah pemborosan waktu. Toni tidak membutuhkan Yuni sebagai satu pribadi yang utuh yang dapat diajak bersekutu. Baginya, fungsi dan peran Yuni itulah yang terpenting.

Jadi, pasangan Toni dan Yuni ini adalah pasangan dari dua individu yang masing-masing mempunyai kebutuhan primer yang berbeda. Toni tak mungkin dapat membahagiakan Yuni, begitu juga sebaliknya, jikalau masing-masing tidak menyadari bahwa pernikahan adalah komitmen hidup bersama dengan tujuan-tujuan (objective pernikahan Kristen) yang hanya bisa tercapai melalui adaptasi. Dalam pernikahan, akomodasi hanya terbentuk melalui kerelaan menanggalkan bagian-bagian dari diri dan mengadopsi hal-hal baru yang selama ini belum dimilikinya. Tentu, Yuni tak perlu belajar untuk mengadopsi kebutuhan “aesthetica” dari Toni yang ternyata keropos tanpa mode “love and belongingness”. Yang diperlukan Yuni adalah kemampuan menyesuaikan diri, yaitu spirit empati penerimaan dan pengertian atas kekurangan Toni. Lain halnya dengan Toni, ia harus belajar untuk membutuhkan dan menerima Yuni sebagai satu individu yang utuh, yang perasaan dan pikirannya patut diresponi secara pribadi.

B. Mengenal area-area pertumbuhan.

Toni dan Yuni bisa ditolong untuk saling mengenal keunikan masing-masing dan bahkan dilatih untuk beradaptasi saling memberi kebutuhan primer masing-masing. Meskipun demikian, kesadaran tersebut tidak dengan sendirinya akan membuahkan pertumbuhan yang positif, kecuali mereka masing-masing mengenal area-area pertumbuhan yang sedang mereka kerjakan. Area-area pertumbuhan ini bisa menjadi pegangan bagi konselor untuk menemukan arah dari pelayanan konselingnya.

PERTAMA adalah area pertumbuhan yang sesuai dengan hukum alam atau hukum kewajaran hidup (laws of nature). Jikalau Toni berani menikahi Yuni, dia seharusnya tahu bahwa dia adalah tulang punggung, “bread winner” (pencari nafkah) yang dapat memberi kebutuhan kebutuhan primer untuk seluruh keluarga, bahkan memberi rasa aman dan bahagia pada Yuni. Begitu juga Yuni, jikalau ia berani menikah dengan Toni, dia harus rela untuk menjadi ibu rumah tangga yang merawat, menghormati dan melayani suaminya. Itulah hukum kewajaran hidup yang semua orang harus patuhi. Penolakan terhadap hukum ini biasanya menjadi pertanda perlunya terapi yang lebih profesional.

KEDUA adalah area pertumbuhan yang sesuai dengan hukum hati nurani (laws of conscience). Untuk menolong mereka, konselor juga harus mempunyai pegangan apakah mereka mematuhi hukum hati nurani atau tidak. Sebagai contoh, Toni, sebagai suami seharusnya mempunyai kesadaran hati nurani bahwa berada di depan komputer tanpa menghiraukan Yuni selama berjam-jam adalah hal yang tidak wajar. Begitu juga Yuni, seharusnya peka bahwa menunggu dan menuntut perubahan dari pihak Toni saja adalah tidak fair.

KETIGA adalah area pertumbuhan yang sesuai dengan tuntutan hukum Allah (God`s laws). Tuntutan ini hanya diberikan untuk orang- orang percaya, karena kepada mereka sajalah Allah memberikan Roh Kudus untuk menolong meresponi secara positif tuntutan yang sesuai dengan kehendak dan rencana-Nya. Sebagai anak Tuhan, Toni seharusnya sadar bahwa sebagai kepala keluarga kepemimpinannya seharusnya dihargai dan menghasilkan dampak hormat dan kasih dari seisi rumah tangganya (1Timotius 3). Begitu juga Yuni, seharusnya ia sadar bahwa sebagai istri panggilannya adalah menjadi penolong yang sepadan bagi suaminya (Kejadian 2:18).

C. Mengenal keunikan anugerah Allah yang disediakan bagi orang- orang percaya.

Sampai sekarang, banyak konselor Kristen yang masih belum menyadari hak istimewa yang Tuhan sediakan bagi orang-orang percaya. Akibatnya, tanpa disadari arah dan isi pelayanan konseling Kristen seringkali tidak berbeda dari konseling sekuler. Secara khusus dalam kasus Toni dan Yuni di atas, sebagian besar konselor akan memakai “kasih yang alami” sebagai pegangan untuk menyatukan mereka berdua. Toni mencintai Yuni dan begitu juga sebaliknya, dan konselor akan menstimulir kasih tersebut sebagai mo513 untuk membangun hubungan yang harmonis, saling menyesuaikan diri dan saling memberi kebutuhan masing- masing. Itulah kira-kira yang konselor-konselor selalu usahakan.

Apakah konseling dengan prinsip seperti ini akan berhasil? Ya, ada kemungkinan berhasil, khususnya bagi individu-individu yang sehat dan matang jiwanya. Individu yang sehat dan matang jiwanya hanyalah membutuhkan stimulan dan situasi yang baru dimana mereka dapat berinteraksi dengan peran-peran yang baru pula. Dengan kata lain, kalau mereka diingatkan dengan cepat mereka akan membenahi diri dan mampu beradaptasi. Karena masalah yang mereka hadapi hampir selalu hanyalah sistim yang terbentuk di luar kesadaran mereka.

Lain halnya dengan individu yang kurang matang jiwanya. Konseling dengan bermodalkan “kasih yang alami” saja akan sia- sia walaupun klien-klien tersebut merasa saling mencintai dan menginginkan kehidupan pernikahan yang harmonis. Nah, dalam konteks kemungkinan seperti inilah konselor perlu betul-betul menyadari dan menggantungkan diri pada keunikan anugerah Allah yang disediakan bagi orang-orang percaya. Mengapa demikian?

Sebagai orang Kristen kita mengenal empat macam love, yaitu Phileo (kasih antara saudara), Storge (kasih orangtua), Eros (kasih antara laki-laki dan wanita), dan Agaphe (kasih Allah). Semua natural love hanyalah perpaduan dari ketiga macam love yang pertama. Sehingga, apa pun dan bagaimanapun level kematangan love tersebut, tetapi sifatnya manipulatif dan pusatnya pada diri karena spiritnya adalah pemenuhan kebutuhan individu itu sendiri. Kalau individu klien berada pada fase kematangan terendah, misalnya, maka seperti yang dikatakan A. Maslow, kebutuhannya adalah physical. Nah pada level ini, kata “I love you”, tak lain daripada “I love you karena kamu bisa memberikan kebutuhan physical yang saya butuhkan”. Kamu cantik, sexy, atau kaya sehingga kamu bisa memberikan uang yang banyak, rumah yang bagus, mobil yang mewah, dan sebagainya. Lain halnya, dengan individu pada fase ke-2, yaitu fase dengan kebutuhan primer “security”. Kalau ia mengatakan “I love you”, artinya adalah “I love you karena kamu bisa memberikan kebutuhan rasa aman dalam jiwa saya”. Kamu pribadi yang setia, tak suka main perempuan, rajin bekerja, penuh tanggung jawab sehingga menikah dengan kamu jiwa saya aman. Begitulah seterusnya, semua natural love adalah manifestasi kebutuhan pribadi, bagaimanapun level kematangan jiwanya. Individu dengan kematangan jiwa paling tinggi pun rasa cintanya manipulatif. Mungkin ia bisa menjadi pemenang Nobel perdamaian, tetapi jikalau ia mengatakan “I love you” sebenarnya masih manipulatif karena artinya “I love you karena kamu bisa memberikan kebutuhan “selfactualization” padaku”. Kamu rela, bahkan mendukung keinginanku mati untuk prinsip kebenaran yang kuyakini. Sekali lagi arah dari natural love ini pun “centripetal” ke dalam, untuk pemenuhan kebutuhan jiwanya sendiri. Tidak heran jikalau Paulus mengatakan bahwa orang yang rela mati dibakar untuk orang yang dia cintai pun, tanpa kasih agaphe dari Allah dalam Kristus perbuatannya sia- sia, kosong, hanya seperti gong yang berdengung (1Korintus 13).

Memang kehadiran kasih agaphe juga ditandai dengan fenomena “kesabaran, kebaikan, penguasaan diri, dan sebagainya (1Korintus 13),” tetapi semua fenomena itu unik dan tak sama dengan yang muncul dari natural love. Oleh sebab itu, Paulus menyebut itu semua sebagai buah Roh Kudus (Galatia 5:22-23).

Nah, kembali pada kasus Toni dan Yuni, saya doakan supaya sebagai konselor Kristen, Anda dapat mensyukuri keunikan anugerah yang disediakan bagi orang-orang percaya. Toni dan Yuni tak perlu mempertanyakan “apakah pasangan mereka bukan jodoh yang Tuhan sediakan”, karena apa yang sudah diijinkan Allah untuk menyatu sebagai suami istri tak boleh diceraikan baik itu secara emosional maupun faktual (Matius 19). Persoalan mereka akan teratasi jikalau mereka dapat menerima dan meresponi kasih agaphe yang sudah dianugerahkan Allah pada mereka.

Tuhan memberkati setiap anak Tuhan yang rela berjerih payah di dalam kebenaran-Nya.

Ikan Asap Citayam Mengepul Hingga Ritel Moderen
Ade Irawan – detikFinance

Share
191

Jakarta – Jalan hidup seseorang memang tidak pernah ditebak, misalnya seorang pensiunan pegawai negeri sipil dari Pusdiklat Pertamina kini sukses sebagai pengusaha ikan asap.

Adalah Amril Lubis, seorang pengusaha ikan asap yang saat ini produk dagangannya sudah sangat terkenal di kalangan peritel modern. Padahal produksi ikannya ia olah dari sebuah kampung di kawasan Citayam Bogor, Jawa Barat.

Bayangkan saja, dulunya dia hanya berjualan dari mulut ke mulut atau hanya menjajakan dagangangannya di gerai di pameran-pameran yang diikutinya.

“Kalau dibandingkan dengan pedagangan lain yang ngurus surat ini itu waktu mau masuk, saya dulu didatangi ke rumah,” ujarnya kepada detikFinance pekan lalu.

Lubis menceritakan pengalaman pertamanya mengikuti pameran, ia pada waktu itu mewakili Institut Pertanian Bogor (IPB) pada tahun 2003. Setelah itu, Lubis mulai mengikuti berbagai macam pameran, baik pameran makanan minuman atau pun pameran yang berskala nasional tahunan yang diadakan di Pekan Raya Jakarta, Kemayoran.

Kemudian, setelah mendapatkan sertifikat makanan halal dari MUI, Lubis pun semakin gencar mengikuti pameran-pameran. Pada tahun 2005, ketika ikan asapnya mengikuti pameran di UKM yang diadakan oleh Kementerain Koperasi dan UKM di gedung SMESCO, dirinya diundang untuk mengunjungi salah satu pasar ritel modern yang terkenal, Giant, yang berada tidak jauh dari tempat pameran tersebut.

“Waktu pameran UKM di SMESCO, saya tiba-tiba dapet telepon. katanya diminta untuk datang. Datangnya ke mana saya juga bingung. Ternyata Cuma nyebrang gedung SMESCO itu ketemu Giant, saya disuruh ke sana. Akhirnya ketemu dan ngobrol dengan bosnya,” ujarnya.

Dua tahun kemudian, pada tahun 2007, Lubis melanjutkan bisnisnya, ia didatangi oleh seseorang yang mengaku dari PT Carrefour Indonesia. Ia diajak untuk bergabung dan menjual ikan asapnya di pasar ritel Carrefour. Untuk yang kali ini, Lubis menceritakan, Carrefour mengaku mendapatkan informasi dari Pertamina yang dulu pernah ia bekerja.

“Habis saya ke Kuala Lumpur untuk ikut pameran food and beverages. Saya diutus dulu sama Pertamina. Pas saya pulang, orang dari Carrefour datang ke rumah tuh menawarkan, saya mau nggak jualan di sana,” imbuhnya.

Lubis menambahkan, hal yang sama pun didapatnya ketika ikan asapnya akan masuk ke Hypermart. Dirinya didatangi unutk diajak bekerja sama. “Saya nggak tahu mereka dapet dari mana. Mungkin ada yang ngambil kartu nama atau brosur saat pameran. Saya tiba-tiba ditelpon terus datang ke rumah,” ungkapnya.

lebih lanjut ia menceritakan, untuk menjual di Carrefour, ikan asap buatannya sudah mempunyai kemasan khusus yang berbeda apabila dijual di pasar-pasar ritel lainnya. Namun, dari sisi kualitas yang didapat dari ikan asap yang dijual di manapun sama.

“Kalau mau jual di Carrefour harus pakai kemasan sendiri, pakai kemasan plastik terus divakum. Kalau yang lain masih pakai plastik di dalamnya terus dibungkus kardus,” jelasnya.

Lubis memaparkan, nama yang digunakan untuk berjualan di pasar-pasar ritel modern adalah IACHI ikan asap Citayam. Sampai saat ini, dari hasil jualannya ke pasar ritel omset yang diterimanya per bulan mencapai Rp 40 juta.

Lubis memiliki tempat tersendiri untuk memelihara ikan dan membuatnya menjadi ikan asap di Jalan Akar Wangi Raya Rt 01/01 Kampung Sawah, Desa Raga Raya, Citayam, Bogor.

Berikut ini adalah harga ikan asap yang dijual Lubis di pasar ritel modern. Kemasan plastik vakum 195 gram:

Ikan Marlin Rp 16.500
Ikan Layaran Rp 15.000
Ikan Tuna Rp 14.500
Ikan Cakalang Rp 13.500
Ikan patin Rp 13.500
Ikan lele Rp 13.500
Ikan Pati Rp 12,500

Iachi Ikan Asap Citayam

Amril Lubis

Penjualan:

Jl. Wisma Karti (Hankam) No 7 Ragunan Pasar Minggu
Jakarta Selatan 12550

Work Shop:

Jl. Akar Wangi Raya Rt 01/01
Kp. Sawah, Desa Raga jaya Citayam Bogor

Rahman dan Rahim Jakarta dalam Memperkaya Singapura
Islam Times- Minggu, 11/09/2011, Indonesia mengundang sepuluh negara di dunia terkait konferensi internasional restorasi hutan atau penghutanan kembali ekosistem hutan. Dan salah satu negara yang diundang adalah Singapura yang menyisakan hutan alam seluas sekitar 3.043 hektar.

“Konferensi ini akan dihadiri lebih dari 300 peserta dari 10 negara, USA, Philippines, Indonesia, Britain, Australia, Costa Rica, Germany, Nigeria, Sri Lanka, dan Singapore,” kata Kepala Pusat Humas Kementerian Kehutanan Masyhud. Sebagaimana dilaporkan oleh detik news.com.

Mengapa Singapura? Ada banyak persoalan dan pertanyaan mengapa singapura diikutsertakan dalam konferensi internasional restorasi hutan tersebut, mengingat luas negara itu sekitar 710.2 km2 dan hanya 23% daratannya terdiri dari hutan, utamanya di daerah Bukit Timah Nature Reserve. http://www.channelnewsasia.com/stori…041699/1/.html

Sejak kapan Singapura punya hutan kayu yang lebat dan bisa ditebang dan diekspor dan mendatangkan kekayaan yang berlimpah? Sehingga layak dicantumkan dalam konferensi tersebut?

Pejabat kita nampaknya lupa kalau Singapura punya saham dalam hilangnya ratusan jutaan hektar hutan tropis di Sumatera dan Kalimantan. Bukankah yang selama ini membeli kayu dari dua wilayah itu dengan murah meriah dan seringkali secara ilegal — lalu mengolahnya dan menjualnya kembali ke Indonesia dengan harga lebih mahal — adalah perusahaan dari Singapura? Bukankah dari lahan hutan yang gundul itu kini tumbuh juta hektar lahan perkebunan sawit milik taipan-taipan kaya Indonesia Singapura?

Bahkan karena rahman dan rahimnya nyonya dan tuan di Jakarta, Singapura boleh saja berbangga diri. Sebab World Trade Organization merekam jejak jahat mereka. Dalam sebuah laporan bertajuk “World Trade Report 2010: Trade in natural resources”, lembaga dunia itu mengeluarkan data yang intinya menyebutkan Singapura berada di posisi 15 besar negara pengekspor sumber daya alam. Ranking persisnya di posisi 14.

Prestasi besar sekaligus menakjubkan bila mengingat di peringkat 15 itu nama Indonesia — yang notabene wilayahnya jauh lebih luas dan kaya sumber daya alam — sama sekali tak tercantum. Dalam laporan itu, WTO menggolongkan ekspor kayu sebagai salah satu komponen sumber daya alam. http://www.wto.org/english/res_e/boo…report10_e.pdf

Singapura memang patut berterima kasih kepada Jakarta, selain negeri Lee Kuan Yew itu memang toilet uang haram koruptor Indonesia, juga lantaran nyonya-nyonya dan tuan-tuan di Jakarta yang ramah-ramah menjadi tiang penyangga ekonomi mereka, sementara rakyat di Republik ini hidup dalam kurang gizi dan termiskinkan. [Islam Times/K-014/ON]

Kecemasan, Kekhawatiran dan Ketegangan

5
Bagikan
Penulis : Bagus Pramono

MASALAH

Tekanan mental atau kecemasan yang diakibatkan oleh kepedulian yang berlebihan akan masalah yang sedang dihadapi (nyata) ataupun yang dibayangkan mungkin terjadi (bayangan). Kecemasan akan mencengkeram kita bila kita membarkan kedagingan kita, yang adalah musuh Allah. Meyakinkan kita bahwa Allah tidak cukup besar untuk menolong kita dari masalah kita.

PANDANGAN ALKITAB

Yesus memberitahu murid-murid-Nya untuk tidak khawatir hanya akan kebutuhan-kebutuhan pokok mereka, karena Allah, Bapa Sorgawi, mengetahui kebutuhan-kebutuhan mereka dan akan memenuhinya dengan sukacita. Dia hanya ingin agar kita memberi dia tempat yang utama dalam hidup kita (Matius 6:31-33). Kita harus membiarkan Allah mengambil semua kecemasan dan masalah kita; Dia selalu memperhatikan semua yang kita pedulikan (1 Petrus 5:7).

Matius 6:31-33 6:31 Sebab itu janganlah kamu kuatir dan berkata: Apakah yang akan kami makan? Apakah yang akan kami minum? Apakah yang akan kami pakai? 6:32 Semua itu dicari bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah. Akan tetapi Bapamu yang di sorga tahu, bahwa kamu memerlukan semuanya itu. 6:33 Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu.

Roma 8:31-32 8:31 Sebab itu apakah yang akan kita katakan tentang semuanya itu? Jika Allah di pihak kita, siapakah yang akan melawan kita? 8:32 Ia, yang tidak menyayangkan Anak-Nya sendiri, tetapi yang menyerahkan-Nya bagi kita semua, bagaimanakah mungkin Ia tidak mengaruniakan segala sesuatu kepada kita bersama-sama dengan Dia?

Filipi 4:6-9 4:6 Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur. 4:7 Damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus. 4:8 Jadi akhirnya, saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu. 4:9 Dan apa yang telah kamu pelajari dan apa yang telah kamu terima, dan apa yang telah kamu dengar dan apa yang telah kamu lihat padaku, lakukanlah itu. Maka Allah sumber damai sejahtera akan menyertai kamu.

1 Petrus 5:7 5:7 Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada-Nya, sebab Ia yang memelihara kamu.

Ibrani 13:5-6 13:5 Janganlah kamu menjadi hamba uang dan cukupkanlah dirimu dengan apa yang ada padamu. Karena Allah telah berfirman: “Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau.” 13:6 Sebab itu dengan yakin kita dapat berkata: “Tuhan adalah Penolongku. Aku tidak akan takut. Apakah yang dapat dilakukan manusia terhadap aku?”

REFERENSI :

Kecemasan tidak akan menghasilkan yang baik, tetapi kepercayaan kepada Allah akan membawa perbaikan :

Yosua 1:9 1:9 Bukankah telah Kuperintahkan kepadamu: kuatkan dan teguhkanlah hatimu? Janganlah kecut dan tawar hati, sebab TUHAN, Allahmu, menyertai engkau, ke manapun engkau pergi.”

Tuhan akan membebaskanmu dari segala kecemasanmu :

Mazmur 34:3-5 34:3 (34-4) Muliakanlah TUHAN bersama-sama dengan aku, marilah kita bersama-sama memasyhurkan nama-Nya! 34:4 (34-5) Aku telah mencari TUHAN, lalu Ia menjawab aku, dan melepaskan aku dari segala kegentaranku. 34:5 (34-6) Tujukanlah pandanganmu kepada-Nya, maka mukamu akan berseri-seri, dan tidak akan malu tersipu-sipu.

Mengapa cemas? Allah akan menolongmu :

Mazmur 127:1-2 127:1 Nyanyian ziarah Salomo. Jikalau bukan TUHAN yang membangun rumah, sia-sialah usaha orang yang membangunnya; jikalau bukan TUHAN yang mengawal kota, sia-sialah pengawal berjaga-jaga. 127:2 Sia-sialah kamu bangun pagi-pagi dan duduk-duduk sampai jauh malam, dan makan roti yang diperoleh dengan susah payah–sebab Ia memberikannya kepada yang dicintai-Nya pada waktu tidur.

Jiwa yang tidak senang berat rasanya dan butuh nasihat :

Amsal 12:25 Kekuatiran dalam hati membungkukkan orang, tetapi perkataan yang baik menggembirakan dia.

Merasa cemas tidak membuat lebih baik, tetapi kepercayaan kepada Allah akan membawa perbaikan :

Lukas 12:23-34 HAL KEKUATIRAN 12:23 Sebab hidup itu lebih penting dari pada makanan dan tubuh itu lebih penting dari pada pakaian. 12:24 Perhatikanlah burung-burung gagak yang tidak menabur dan tidak menuai dan tidak mempunyai gudang atau lumbung, namun demikian diberi makan oleh Allah. Betapa jauhnya kamu melebihi burung-burung itu! 12:25 Siapakah di antara kamu yang karena kekuatirannya dapat menambahkan sehasta pada jalan hidupnya? 12:26 Jadi, jikalau kamu tidak sanggup membuat barang yang paling kecil, mengapa kamu kuatir akan hal-hal lain? 12:27 Perhatikanlah bunga bakung, yang tidak memintal dan tidak menenun, namun Aku berkata kepadamu: Salomo dalam segala kemegahannyapun tidak berpakaian seindah salah satu dari bunga itu. 12:28 Jadi, jika rumput di ladang, yang hari ini ada dan besok dibuang ke dalam api demikian didandani Allah, terlebih lagi kamu, hai orang yang kurang percaya! 12:29 Jadi, janganlah kamu mempersoalkan apa yang akan kamu makan atau apa yang akan kamu minum dan janganlah cemas hatimu. 12:30 Semua itu dicari bangsa-bangsa di dunia yang tidak mengenal Allah. Akan tetapi Bapamu tahu, bahwa kamu memang memerlukan semuanya itu. 12:31 Tetapi carilah Kerajaan-Nya, maka semuanya itu akan ditambahkan juga kepadamu. 12:32 Janganlah takut, hai kamu kawanan kecil! Karena Bapamu telah berkenan memberikan kamu Kerajaan itu. 12:33 Juallah segala milikmu dan berikanlah sedekah! Buatlah bagimu pundi-pundi yang tidak dapat menjadi tua, suatu harta di sorga yang tidak akan habis, yang tidak dapat didekati pencuri dan yang tidak dirusakkan ngengat. 12:34 Karena di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada.”

Bila tergoda untuk merasa cemas, Allah akan membantu untuk menolaknya :

1 Korintus 10:13 Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan ke luar, sehingga kamu dapat menanggungnya.

Masalahmu bukanlah merupakan akhir dunia, tetapi merupakan permulaan dari berkat Allah :

Yakobus 1:2-5 1:2 Saudara-saudaraku, anggaplah sebagai suatu kebahagiaan, apabila kamu jatuh ke dalam berbagai-bagai pencobaan, 1:3 sebab kamu tahu, bahwa ujian terhadap imanmu itu menghasilkan ketekunan. 1:4 Dan biarkanlah ketekunan itu memperoleh buah yang matang, supaya kamu menjadi sempurna dan utuh dan tak kekurangan suatu apapun. 1:5 Tetapi apabila di antara kamu ada yang kekurangan hikmat, hendaklah ia memintakannya kepada Allah, –yang memberikan kepada semua orang dengan murah hati dan dengan tidak membangkit-bangkit–,maka hal itu akan diberikan kepadanya.

PENYELESAIAN :

Kecemasan adalah dosa yang harus diakui. Kita bisa temukan di 1 Yohanes 1:9. Allah menuntut kita agar kita setuju dengan-Nya bila Dia mengatakan kepada kita bahwa kita tidak perlu cemas dan kecemasan adalah dosa terhadap-Nya. Penyangkalan bahwa kecemasan bukanlah dosa, sama saja artinya kita mebodohi diri kita sendiri dan menganggap Allah seorang pembohong. Bila kita mengakui dosa-dosa kita, Allah akan mengampuni dan membersihkan kita dari semua pelanggaran dalam hidup kita (1 Yoh 1:8-10).

Kecemasan adalah keterbatasan iman yang harus ditingkatkan. Bila kita cemas, kita menghina Allah, karena sama saja dengan mengatakan, “Allah, Engkau tidak cukup besar untuk menangani masalah ini dalam hidupku”. Beberapa kali Yesus berkata, “Hai kamu orang kurang percaya!” Dia pasti merasa terhina dan merasa karena umat Tuhan yang sepertinta sangat mengenal Tuhan, tetap cemas akan masalah-masalah yang bagi Tuhan itu sangat mudah untuk mengatasinya.

Jangan terus berdosa dalam ketidakpercayaan ini. Gantikan kecemasan dengan iman yang bertumbuh. Beginilah caranya: Iman datang dari pendengaran akan Firman Allah. Ketika kita membaca bacaan tentang apa yang telah dilakukan Yesus bagi mereka yang membutuhkan kamu akan merasa lebih mudah mempercayaiNya dalam masalah yang sedang kamu hadapi.

Kecemasan adalah kebiasaan yang harus diubah. Sama seperti kebiasaan buruk lainnya. Kebiasaan buruk haruslah digantikan dengan kebiasaan yang baik.

Ingatlah, definsi kecemasan adalah: tekanan mental, kekuatiran …..” Karena itu agar tebebas dari tekanan mental yang merupakan kebiasaan ini, kamu harus belajar, dengan bantuan Allah, untuk membiasakan memikirkan hal-hal yang baik. Petunjuk-petunjuk untuk itu dapat ditemukan di Filipi 4:8.

DOA :

Bersyukurlah kepada Allah dan mengakui bahwa Dia tidak akan meninggalkan atau membiarkan kita. Allah selalu memperhatikan kebutuhan kita. Buatlah suatu komitmen terhadap Allah untuk membaca Firman-Nya dan berdoa tiap hari dan tetap berpikir tentang hal yang benar dan baik dan adil.

Kecewa kepada Allah

Bagikan
Penulis : Pdt. Dr. Stephen Tong

Dua hari yang lalu dalam suatu kesempatan yang baik, saya bertemu dengan dua orang saudara saya, Pdt. Dr. Caleb Tong dan Pdt. Dr. Joseph Tong. Saya menjemput mereka di bandara dan waktu di bandara seseorang datang kepada saya dan bertanya, Pak Stephen ya? Saya bilang, Ya . Kami berjabat tangan. Anda ikut kebaktian di mana? Saya bertanya padanya dan dia menjawab, Ya, dulu pernah satu dua kali mendengar khotbah Pak Stephen Tong. Kemudian saya ke gereja-gereja yang lain. Sesudah itu keliling sini, keliling sana, tidak menetap. Lalu saya bertanya, Sekarang ke gereja mana? Jawabannya, Tidak ke gereja. Saya bertanya, Sekarang tidak ke gereja? Dia merokok dengan satu tangannya ditaruh di belakang. Asap rokoknya terus mengepul seraya berbicara dan ngomong dengan saya. Saya rasa dia sudah melarikan diri dari Tuhan. Lalu saya bertanya, Mengapa tidak ke gereja? Dia menjawab, Kecewa. Kecewa dengan siapa? tanya saya. Terus terang kecewa kepada Tuhan, setelah mengatakan kalimat itu, dia lalu pergi.

Saya tidak habis-habisnya memikirkan kalimat itu. Berhakkah? Berhakkah manusia yang dicipta kecewa terhadap Sang Penciptanya? Ini yang menjadi pemikiran saya. Who are we? We think we deserve the right to claim we are disappointed by God. Siapakah kita yang berhak mengatakan, Aku dikecewakan oleh Tuhan. Aku kecewa terhadap Tuhan.

Kalimat ini membuat saya memutar pikiran sepanjang satu hari itu. Teologi apakah ini? Teologi ajaran apakah yang mengajar manusia, sehingga berani mengatakan, Allah mengecewakan saya. Kalau Allah mengecewakan seseorang, hanya karena beberapa sebab, yaitu: Pertama, Allah berhutang kepada saya dan Dia lupa bayar, maka saya kecewa. Kedua, Allah menipu saya, akhirnya saya dirugikan, maka saya kecewa. Ketiga, Allah berjanji sesuatu, akhirnya Dia tidak melunaskannya, sehingga saya kecewa. Tiga presuposisi ini, semuanya tidak memiliki dasar Alkitab. Allah tidak pernah berhutang kepada manusia. Teologi yang benar mengatakan, manusia berhutang kemuliaan Allah dan tidak bisa membayar sendiri. Yang seharusnya dikatakan adalah kitalah yang mengecewakan Tuhan, bukan Tuhan yang mengecewakan kita. Allah tidak pernah menjanjikan sesuatu yang Dia sendiri tidak melunaskannya, kecuali janji itu adalah semacam tafsiran manusia dan misleading (penyesatan) dari orang yang salah mengerti Alkitab. Jadi, Allah tidak berhutang kepada saya, Allah tidak sembarang berjanji kepada saya, Allah tidak mungkin menipu saya.

Jika demikian apakah penyebabnya? Penyebab pertama adalah adanya pengkhotbah-pengkhotbah yang memberikan tafsiran yang salah terhadap ayat-ayat Alkitab. Misalnya, yang percaya kepada Tuhan pasti dapat kekayaan, pasti dapat hidup yang subur, makmur di dalam materi. Yang percaya kepada Tuhan pasti tidak ada mara-bahaya, penyakit, kesulitan, dan kemiskinan. Misalnya lagi, jikalau engkau memberikan persembahan, Tuhan akan mengembalikan sepuluh kali lipat ganda. Apakah saudara pernah mendengar khotbah semacam ini? Hal ini terjadi sejak kira-kira 25 tahun yang lalu, selangkah demi selangkah merambat masuk ke dalam mimbar-mimbar gereja yang tidak bertanggung jawab. Tetapi setiap statement yang tidak benar, bisa juga mendapatkan tunjangan dari Kitab Suci. Jadi ada ayat-ayat yang sepertinya mendukung statement itu, karena dimengerti secara fragmentaris, dan bukan secara totalitas. Karena mengambil ayat sebagian-sebagian lalu mengkhotbahkannya, sangat mungkin terjadi misleading bagi orang lain yang mendengarnya.

Kedua, pengertian yang tidak membandingkan antara satu ayat dengan ayat yang lain, mengakibatkan tidak diperolehnya prinsip total Kitab Suci. Mengambil suatu keputusan melalui bagian-bagian, lalu membuat statement. Hal ini sangat membahayakan. Saudara sebagai pengkhotbah, sebagai pemimpin gereja, sebagai pembawa firman, sebagai pemberita kehendak Tuhan, harus menghindarkan diri dari hal-hal semacam itu.

Saya percaya, bukan dia saja, mungkin seluruh Indonesia berani mengatakan, Aku kecewa terhadap Tuhan. Mungkin sudah puluhan juta orang pernah mempunyai ajaran salah yang menuju pada konklusi bahwa Allah menipu dia, Allah tidak melunaskan janji-Nya, Allah berhutang kepada dia sehingga dia berani mengatakan, Saya kecewa kepada Tuhan.

Tahun 1965, kalau saya tidak salah ingat, gunung Agung meletus di Bali. Lavanya mengalir begitu cepat, sehingga banyak orang yang tidak sempat mengungsi, mendadak terkena lava. Pada waktu itu saya berada di Bandung, lalu seorang wartawan datang kepada saya, Pak Stephen, bolehkah saya tunjukkan kira-kira 180 foto yang saya ambil dengan cepat pada waktu orang-orang terkena lava itu? Saya sedang makan ketika wartawan itu datang dan duduk di samping saya. Waktu saya melihat foto-foto tersebut, rasanya saya ingin muntah. Ada orang yang sedang tidur, lavanya datang dan saat itu juga separuh badannya menjadi tulang, dan separuhnya masih daging. Di tengah-tengah sambungan antara daging dan tempat tulang itu, ada satu garis putih yang besar dan bengkak, seperti kulit babi yang digoreng jadi rambak / krupuk. Bagian yang terkena api panas itu langsung melembung. Satu bagian masih daging biasa, bagian yang lain, matang menjadi seperti rambak. Meskipun saya mau muntah tapi saya dikejar oleh kuriositas, jadi satu per satu foto tersebut saya lihat sambil mau mengeluarkan air mata, sambil mau menangis, sambil mau berteriak, tetapi tidak bisa. Namun ada beberapa foto yang menggugah teologi saya, yaitu lava yang sudah dekat kira-kira tiga meter lagi, dan dalam beberapa detik akan terkena lava, tetapi orang tersebut tidak lari, ia sedang berlutut berdoa kepada dewa. Waktu saya lihat, saya berpikir, Wah! Ini begitu beda dengan orang Kristen. Mengapa ada orang Kristen pada hari lancar, dia berani berdosa. Sedikit rugi, langsung mencacimaki Tuhan Allah. Mengapa orang kafir waktu mereka menghadapi kecelakaan, mereka tidak memaki-maki dewa mereka. Mereka minta pertolongan dewa, jangan sampai memusnahkan mereka. Mereka mengaku kesalahan, mengaku dosa. Pemikiran ini terus mempengaruhi saya sampai sekarang, sudah lebih dari 30 tahun.

Pemikiran itu adalah, Why?&Why? & What causes that? What causes it to be like that? Apa salahnya pemberitaan kita? Apa salahnya khotbah kita, sehingga anggota kita selalu merasa dia sepatutnya menerima anugerah Tuhan dan tidak boleh dirugikan apapun oleh Tuhan, kalau tidak, Allah harus dicela, dimaki, dipersalahkan, dan akhirnya dia keluar dari gereja.

Lalu dari situ, pemikiran saya mulai berkembang pada the theology of suffering, the theology of worship, the teology of understanding grace, theology of resistant to the tribulation. Berkembanglah begitu banyak pemikiran saya semenjak melihat 180 foto tersebut. Mengapakah orang-orang Asia dengan sedikit kesulitan, meninggalkan gereja, keluar dari gereja? Mengapa orang Yahudi yang dibantai, dibunuh dengan gas, dihancurkan hidupnya, enam juta setengah jiwa, di dalam holocaust, tetapi mereka tetap menyembah Allah, tetap takut kepada Tuhan dan mereka tidak pernah meninggalkan iman mereka? Jadi, what s wrong? Apa yang salah di dalam pemberitaan kekristenan? Jawaban saya adalah satu kalimat, Kita lebih suka memberitakan Allah itu kasih adanya, mengobral murah kasih Allah daripada berani mengkhotbahkan Allah itu suci dan adil, Dia akan menghakimi dosa seluruh dunia.

Dari konklusi ini, pemikiran saya berkembang lagi, di manakah hamba-hamba Tuhan yang berani menyatakan tahta kemarahan Tuhan, keadilan Tuhan, kesucian Tuhan, untuk mengingatkan bangsa dan zaman ini? Semakin lama semakin sedikit. Tetapi pendeta yang berusaha memberikan injil palsu supaya gerejanya bertumbuh, supaya lebih banyak orang mendengar khotbahnya dengan kalimat, Percayalah Tuhan, semua penyakit akan disembuhkan, semua kesulitan diatasi, semua akan diberikan kepada engkau begitu banyak sekali, bahkan di dalam aliran Pantekosta dan Kharismatik sudah teracun satu pikiran: dengan banyak mujizat yang dilihat, orang akan beriman.

Namun hari ini saya akan menunjukkan dua prinsip. Prinsip pertama, Yohanes Pembaptis tidak pernah melakukan satu mujizat pun, namun banyak orang yang percaya melalui dia. Karena sifat lurus, jujur, berani, dan tidak mau dipengaruhi oleh dosa sehingga dia berkhotbah dengan kuasa luar biasa. Itu catatan Alkitab. Yohanes tidak pernah melakukan satu mujizat pun, teatpi yang percaya karena dia banyak sekali. Kedua, Islam adalah satu agama yang tidak pernah mengembangkan anggota mereka melalui daya tarik mujizat. Tidak pernah hal itu terjadi. Pada zaman filsuf David Hume, one of the greatest scepticist in the history of human philosophy, ia mengatakan bahwa salah satu sebab yang dipakai oleh orang Kristen untuk membuktikan agama Kristen sebagai satu-satunya agama yang sah adalah tidak adanya mujizat pada agama lain, tetapi hanya ada pada agama Kristen dan dimuat di dalam Kitab Suci. Tetapi cara dia melawan kekristenan justru dengan pertanyaan pernahkah mujizat yang dicatat dalam Kitab Suci orang Kristen, terjadi? Itupun belum bisa dibuktikan. Maka memakai bukti bahwa Kristen ada mujizat maka Kristen itu sah, pada hakekatnya tidak pernah mempunyai dukungan bukti. Apakah yang dicatat dalam Kitab Suci sungguh-sungguh pernah terjadi? Jadi dia menjadi scepticist. Itu namanya to destroy from the foundation the seeking of Christian foundation.

Orang Kristen pada zaman itu selalu memakai fondasi-fondasi yang salah yang sebenarnya bukan fondasi untuk membangun iman. Kalau kita membiasakan diri menjadi pemberita, hoki, fat choi, property, kesuksesan sebagai imbalan kalau percaya kepada Tuhan, maka kita akan menciptakan orang-orang yang akhirnya melarikan diri dari kekristenan dengan kalimat, Aku tidak lagi ke gereja karena aku kecewa kepada Tuhan. Saudara seharusnya mempersiapkan diri menjadi hamba Tuhan yang bertanggung jawab dalam pemberitaan firman, sehingga anggotamu selalu menuntut, Saya jangan menipu Tuhan, saya jangan berhutang kepada Tuhan, saya harus menepati apa yang saya janjikan kepada Tuhan. Dan bukan berkata, Tuhan berutang kepada saya, Tuhan menipu saya, apa yang Tuhan janjikan, tidak saya dapatkan, maka saya berhak melawan dan kecewa kepada Dia. Kiranya renungan pendek ini menjadi kekuatan bagi kita untuk menegakkan kembali kebenaran di dalam zaman ini.

Kehidupan Kristen Yang Tak Terkalahkan (3)

Bagikan
Oleh: Pdt. Eric Chang

Memahami Sifat Kehidupan Kekristenan

Kecuali anda memahami sifat kehidupan Kekristenan, anda tidak akan dapat bertahan. Paulus bukan hanya tidak mengeluh tentang hal-hal ini, ia bahkan bermegah karena hal-hal itu dan bersukacita di dalam penderitaannya. Ia sungguh hebat. Ia sesungguhnya seorang Superman rohani karena dapat bertahan menanggung semuanya itu. Barangkali anda berkata kepada saya, “Aku mengerti maksud anda. Jangan mengingatkan aku lagi, aku sudah tangkap maksudnya. Untuk menjadi seorang Kristen, kita perlu kemampuan untuk bertahan. Tetapi Rasul Paulus seorang Superman dan aku bukan. Aku tidak dapat bertahan. Jadi biarkan si Superman maju terus dan menanggung semua itu.” Nah, apakah anda ingin menjadi Superman?

Benarkah Paulus Seorang Superman?

Benarkah Paulus seorang Superman? Kita baca di Roma 8:37 bahwa Tuhan selalu menjadikan kita lebih dari pemenang. Itu sepertinya gambaran “mimpi” dari kehidupan Kekristenan – “lebih dari pemenang”. Tetapi bagi banyak di antara kita cukup puas untuk menjadi pemenang, jangankan “lebih dari” pemenang. Kita tidak dapat mengalami apa yang “lebih dari” itu. Kita mempunyai cukup banyak masalah untuk mengalami kemenangan. Dalam dunia tinju, kadang-kadang kita menyaksikan pertandingan dimana kedua petinju saling meninju satu dengan yang lainnya sampai lebam biru dan hitam, sementara para juri mengalami kesulitan untuk memutuskan yang mana menang dengan meraih angka lebih. Namun ada juga pertandingan dimana benar-benar ada pemenang K.O. yang jelas, dimana yang kalah terbaring di atas kanvas. Pemenang K.O. inilah contoh dari “lebih dari pemenang”.

Jadi ketika Paulus berkata “lebih dari pemenang”, ia tidak bermaksud bahwa anda menang dengan nilai angka, tetapi menang tanpa tandingan. Jadi Paulus kelihatannya sedang berbicara tentang suatu Kekristenan Superman, bukan? Tetapi ini bukan pengalaman kebanyakan orang Kristen. Apa yang akan terjadi kalau anda tidak mengalami kekuatan yang berlebihan itu? Anda menjadi jera dan mungkin menderita frustrasi. Justru akan terjadi sesuatu yang sangat berbahaya, yaitu suatu rasa bersalah. Anda mulai bertanya-tanya misalnya, “Apakah aku sudah lahir baru? Aku membaca di Alkitab bahwa kita lebih dari pemenang, tetapi aku tidak. Mengapa?” Apakah ini pengalaman anda?

Kemudian anda pandang ke sekeliling kepada saudara-saudara yang lain. Apakah saya saja yang mengalami kekalahan? Anda segera menemukan bahwa mereka juga tidak lebih baik dari anda. Mereka juga berbabak-belur. Kenyataannya, mereka juga bukan Superman. Kemudian anda melihat di sekeliling, adakah orang-orang Super di sekitar anda? Bagaimana dengan pendeta-pendeta dan pemimpin-pemimpin di gereja anda? Bahkan mereka juga kelihatannya memiliki kelemahan di sana sini. Apakah Superman juga membuat kesalahan? Mungkin mereka sedikit lebih baik, namun yang pasti mereka bukan Superman.

Apakah Kita Sedang Bertempur Dalam Peperangan yang Kalah?

Sekarang anda mempunyai masalah. Anda mulai merasa sangat kecewa. Anda mulai bersikap sinis. Apabila hal ini menjadi lebih buruk, anda mulai merasa putus asa. Anda mulai membuat kesimpulan bahwa kehidupan Kekristenan tidak mungkin dijalani. Ternyata pahlawan-pahlawan yang anda segani, para pemimpin di gereja, tidak begitu sempurna juga. Perasaan putus asa ini mulai mencengkram anda, membuat kehidupan Kekristenan anda merosot menjadi semakin lemah. Anda tidak dapat menang. Tidak ada seorangpun, bahkan tidak pula para pemimpin, dapat menang. Kita sedang berperang dalam peperangan yang kalah.

Apakah jalan keluarnya? Saya melihat begitu banyak orang Kristen yang menjadi semakin negatif. Segala sesuatu yang mereka lihat tampaknya tidak ada harapan. Mereka berada di ujung keruntuhan. Tetapi ketika anda membaca surat Rasul Paulus, apakah ia berpikir seperti demikian? Ia tidak berpikir seperti ini karena ia tidak berpikir seperti anda dan saya. Paulus memang tidak dapat dikalahkan tetapi ia bukan Superman.

Dari Manakah Gagasan Superman Ini Datang?

Saya akan menerangkan apa yang saya maksudkan dengan pernyataan saya yang terakhir. Tetapi pertama-tama kita harus meninjau gagasan tentang “Superman” ini, dan memahami sifat kerohanian yang sejati. Kita harus berusaha untuk mengerti dari mana datangnya kesalahan gagasan tentang “Superman” ini, karena kalau anda memulai dengan pemikiran superman, anda akan mengalami kerugian, dan melakukan kesalahan yang serius.

Gagasan ini datang dari seorang ahli filsafat Jerman yang bernama Friedrich Nietzsche. Orang ini adalah seorang ahli filsafat yang anti-kristen. Meskipun ayahnya seorang pendeta, ia melawan segala sesuatu tentang kekristenan. Bukanlah suatu perkara yang luar biasa untuk orang-orang yang dibesarkan dalam keluarga Kristen kemudiannya berbalik dan melawan kekristenan karena jenis kekristenan yang mereka lihat di rumah. Nietzsche adalah seorang yang sangat pandai tetapi entah mengapa ia memiliki obsesi untuk melawan Tuhan. Dari sekian banyak buku yang ditulisnya, salah satunya berjudul “Anti-Kristus”, di mana ia menyatakan dirinya sebagai Anti-Kristus. Ia berbalik melawan Allah karena Allah disampaikan kepadanya dengan cara yang salah. Tetapi dengan berbaliknya dari Allah, ia tidak ada lagi tujuan hidup. Ia telah kehilangan semua arti hidup. Menolak Injil bearti menolak semua dasar pengharapan. Tidak ada suatu apapun yang kekal, segala sesuatu adalah fana. Nietzsche menjadi gila pada usia 45 tahun dan meninggal 11 tahun kemudian, yaitu tahun 1900.

Menjelang akhir perang dunia kedua, berakhir jugalah impian Nazi akan satu bangsa yang super. Namun demikian, gagasan ini dilanjutkan oleh beberapa seniman kartun. Manusia masih saja ingin mempelajari untuk mempercayai dirinya sendiri. Tetapi siapakah yang dapat kita percayai?

Baru-baru ini saya dengar dari berita mengenai seorang pria di Cina yang menyembah Mao Tse Tung. Ia mengumpulkan segala macam potret Mao Tse Tung: dalam buku-buku kecil, lencana-lencana atau patung-patung. Tujuannya adalah mengumpulkan 25,000 barang-barang seperti itu. Di dalam kamarnya tergantung potret Mao Tse Tung yang sangat besar. Setiap hari ia membakar kemenyan di depan potret Mao itu. Mengapa ia melakukan hal tersebut? Karena Mao Tse Tung merupakan superman baginya.

Karena tidak seorangpun yang sesuai dengan gambaran Superman, seniman-seniman kartun masih dapat membayangkan seorang pria yang cakap dengan rambutnya yang bergelombang, bentuk tubuh V dengan otot-otot yang besar, berpakaian biru yang ketat dengan mengenakan mantel dipunggungnya yang akan menolongnya untuk terbang di udara. Inilah hal-hal yang kita lakukan hanya di dalam mimpi. Pernahkah anda terbang dalam mimpi? Pasti kita pernah terbang dalam mimpi. Jikalau anda tidak dapat menjadi Superman dalam kehidupan sehari-hari, setidak-tidaknya anda dapat menjadi satu dalam mimpi!

Kebohongan Dari Menjadi Superman Rohani

Jadi pemujaan akan pencapaian manusia adalah inti kepada gagasan Superman itu. Karena itu, penerapan gagasan Superman ke dalam kehidupan kekristenan adalah suatu penyimpangan yang besar. Sayangnya, pemikiran semacam ini masih kuat dalam gereja. Kita masih dapat melihat pemikiran tentang pengembangan diri ini dengan maksud untuk mencapai status Superman rohani. Kita telah diindoktrinasi oleh sistem pendidikan masa kini sehingga kita percaya pada gagasan pengembangan diri sendiri yang terus-menerus ini.

Mengapa kita belajar sungguh-sungguh? Pengembangan diri sendiri. Kita belajar supaya kita dapat berkembang dari satu tingkat pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi, dari satu derajat ke derajat yang lain. Kita belajar untuk mengembangkan memori kita dan konsentrasi kita. Kita bahkan dapat minum pil untuk mengembangkan “kemampuan otak”. Dengan segala usaha ini, kita mengembangkan diri sendiri. Ketika kita datang ke gereja, tidakkah kita lakukan hal yang sama? Mengapa anda mempelajari Alkitab anda? Anda berkata, “Saya ingin mengetahui kehendak Allah.” Mengetahui kehendak Allah biasanya hanya sebagian kecil dari alasan yang sesungguhnya. Alasan yang sesungguhnya adalah untuk mengembangkan pengertian anda tentang Firman Allah, bukan? Bukankah hebat apabila seseorang mengajukan pertanyaan dalam pelajaran Alkitab, anda membuka Kitab Suci pasal ini dan itu kepada mereka dan anda mampu mencelikkan mata mereka. Mereka semua memandang kepada anda, mengagumi pengertian anda yang begitu dalam tentang Kitab Suci. Tentu saja, anda tidak akan berkata bahwa anda melakukannya untuk mengesankan orang lain. Anda akan berkata bahwa anda ingin mengetahui kehendak Allah. Tetapi jikalau anda sudah mengetahui kehendak Allah dengan begitu baik, mengapa anda tidak dapat hidup berkemenangan?

Bagaimana dengan doa? Tentu saja itu sangat rohani. Tetapi berdoa bisa saja tidak begitu rohani. Kita dapat berdoa dengan cara seperti “meditasi transendental”. Kita memusatkan pikiran kita dan mengembangkan akal budi kita. Hal ini dapat menolong kita untuk memfokuskan kemampuan mental kita. Adalah sehat bagi pikiran dan jiwa kita untuk meluangkan 10 menit waktu untuk memusatkan seluruh perhatian dengan tenang. Kita terjual kepada gagasan pengembangan diri. Jika anda memiliki alasan-alasan yang tersembunyi untuk menggembangkan diri sendiri ketika mempelajari Alkitab dan berdoa, anda telah kehilangan intinya dan anda tidak akan mengalami kemajuan rohani dalam kehidupan kekristenan anda.

Apakah Program Pelatihan Pemuridan Mendorong Kita Menjadi Superman? Anda boleh berkata, bagaimana tentang pelatihan pemuridan? Tentu saja dengan segala tingkat pelatihan pemuridan yang berbeda, anda dapat bertumbuh secara rohani dan dapat hidup dalam kehidupan kekristenan yang berkemenangan. Jikalau anda sudah menyelesaikan tingkat dasar dan anda masih bergumul untuk hidup berkemenangan, sebagai jalan keluarnya anda akan melanjutkan ke tingkat selanjutnya. Program ini sungguh akan mendorong anda untuk menjadi Superman. Kerohanian yang sejati sekarang tidak begitu jauh dari jangkauan kita. Apakah semua pelatihan seperti ini sungguh berhasil? Apakah anda mendapati anda hidup dalam kemenangan? Pernahkah anda mengalami setelah mengikuti beberapa pelatihan, dengan tiba-tiba anda memiliki beberapa sifat Superman dalam hidup anda? Pada kenyataannya, meskipun anda mulai menyadari bahwa anda baru setengah jalan untuk menjadi Superman, namun anda harus rendah diri tentang itu. Tetapi begitu anda mencapai setengah jalan untuk menjadi Superman, tidak begitu mudah lagi untuk merendahkan diri. Tetapi anda masih ingin mencoba. Jadi kita ada banyak orang di gereja yang mencoba untuk mengerti bagaimana menjadi lebih rendah hati. Semua kekuatannya dikeluarkan di dalam pergumulan untuk merendahkan diri.

Namun anda tetap frustrasi. Barangkali Anda berkata: “Setelah menyelesaikan semua sesi dalam pelatihan-pelatihan pemuridan ini, kapan saya benar-benar akan hidup berkemenangan? Jikalau jalan satu-satunya untuk mencapai kesuksesan adalah dengan melanjutkan pelatihan ke tingkat selanjutnya, saya tidak tahu apakah saya akan berhasil sampai ke sana. Kehidupan Kekristenan seperti ini sangatlah sukar”. Izinkan saya menyatakan hal ini kepada anda. Jikalau kita mengikuti semua pelatihan pemuridan dengan maksud untuk mengalami kemajuan rohani, dalam pengertian untuk menjadi Superman, anda telah salah besar. Bahkan lebih buruk lagi, sesi-sesi dalam pelatihan itu akan menjadi berbahaya bagi anda. Pelatihan-pelatihan itu sebenarnya sangat berbahaya apabila anda mengikutinya dengan motif yang salah. Saya sangat menguatirkan hal ini. Pelatihan sangat berharga, akan tetapi setiap sesuatu yang berharga dapat disalahgunakan. Di sinilah bahayanya.

Inti Dari Kerohanian

Jadi kalau begitu, bagaimana kita harus melanjutkan? Seperti yang telah kita simpulkan, kita harus mengerti inti dari apa yang Paulus katakan kepada kita. Kecuali kita mengerti hal itu, kita tidak akan pernah dapat hidup berkemenangan. Anda harus pikirkan dengan saksama 2 Korintus 12:10, “Ketika aku lemah, maka aku kuat”. Paulus tidak pernah mengklaim dirinya sebagai Superman. Pada kenyataannya, ia tidak pernah menjadi Superman. Lebih menakjubkan lagi, ia selanjutkan berkata di 2 Korintus 13:4, “Sesungguhnya Ia disalibkan karena kelemahan-Nya” untuk menunjukkan bahwa bahkan Kristuspun bukan Superman. Cara yang berbeda untuk menyusun ayat ini ialah “Yesus telah disalibkan sebagai seorang lemah”. Di Perjanjian Baru, Yesus tidak pernah tampil sebagai Superman. Sepanjang Injil Yohanes, Yesus tidak pernah melakukan apapun dengan kekuatan-Nya sendiri. Tatkala anda tidak berfungsi dengan kekuatan sendiri, itu berarti bahwa anda sendiri bukan apa-apa dan hanya Allahlah segalanya dalam hidup anda.

Kecuali anda mengerti hal ini, anda tidak mengerti apa-apa tentang kehidupan kekristenan. Jangan bayangkan bahwa satu hari kelak anda dapat mencapai tingkat dimana anda dapat berfungsi dengan kekuatan Superman. Karena apabila anda mencapai tingkat itu, anda tidak membutuhkan Allah lagi. Tetapi selama anda masih bergantung sepenuhnya kepada Allah, itu berarti anda selalu lemah.

Kehidupan Kristen Yang Tak Terkalahkan (1)

Bagikan
Oleh: Pdt. Eric Chang

Bagian keempat dan terakhir dari satu seri khotbah yang terpusat pada 2 Korintus 12:9

Kekristenan Yang Bagaimana?

Kita sedang hidup dalam suatu masa dimana banyaknya pengajar-pengajar yang mengatakan bahwa Tuhan sedang memberkati anda apabila tidak ada kesukaran-kesukaran, apabila semuanya berjalan dengan lancar. Tetapi Paulus berbicara tentang kesukaran-kesukaran, penderitaan-penderitaan dan semua jenis kehinaan yang menimpa dirinya sebagai sesuatu yang dapat membuat ia bersukacita dan bangga. Kekristenan semacam ini dapat disebut sebagai kekristenan yang tak dapat dikalahkan, tidak mudah untuk menyerah. Kekristenan semacam ini sangat sulit ditemukan pada zaman ini.

Jenis khotbah-khotbah yang kita dengar hari-hari ini di Amerika Utara dan berbagai tempat lainnya adalah apabila anda mengalami penderitaan-penderitaan dan kesukaran-kesukaran, itu bukanlah dari Tuhan. Apabila anda miskin, itu bukanlah kehendak Allah. Apabila anda menderita sakit penyakit, itu juga bukanlah kehendak Allah. Semua penyakit harus disembuhkan. Setiap kemiskinan harus disingkirkan. Apabila anda miskin, itu karena anda tidak memiliki iman. Kalau anda memiliki iman anda dapat meminta sebuah mobil Cadillac, atau Mercedes. Kalau anda tidak mendapatkan Cadillac, berarti anda tidak memiliki iman. Kekristenan semacam inilah yang sedang dikabarkan di seluruh dunia.

Dengan kekristenan semacam ini, anda heran apakah anda membaca Alkitab yang sama dengan yang dibaca oleh rasul Paulus. Kalau saja dia mendengarkan semuanya ini, ia akan heran kalau-kalau tidak ada seorangpun yang dapat mengerti tentang apa yang ia sudah tuliskan. Apakah Anda Sedang Menjalani Kehidupan Kekristenan Yang Berkemenangan? Hari ini, saya ingin membahas sesuatu yang amat penting – yaitu, intisari dan sifat kehidupan Kekristenan. Apakah kehidupan Kekristenan yang berkemenangan itu? Apakah anda hidup di dalamnya? Apakah rahasia kekuatan rohani? Apakah anda memiliki kekuatan rohani dalam hidup anda? Apakah kerohanian yang sejati itu? Kalau saya meminta anda untuk mendefinisikannya, tahukah anda apa itu kerohanian? Pertanyan-pertanyan ini sangat penting. Tanpa kuasa rohani, kita tidak dapat menjalankan kehidupan kekristenan.

Kehidupan Kristen Yang Tak Terkalahkan (2)

Bagikan
Oleh: Pdt. Eric Chang

Ketika Aku lemah Maka Aku Kuat

Saya ingin menarik perhatian anda pada 2 Korintus 12:10, “Ketika aku lemah, maka aku kuat”. Perhatikan setiap kata. Sudah jelas ada dua bagian dalam kalimat ini. Bagian terakhir dalam kalimat ini adalah: “Aku kuat”. Apakah anda kuat? Apakah anda merasa anda kuat? Sepanjang minggu ini, apakah anda memiliki kekuatan untuk mengatasi semua masalah yang anda hadapi? Kalau kita melihat pada kalimat ini, kita cenderung ingin menekankan bagian keduanya, bukan? “Aku kuat” – inilah bagian yang menarik bagi kita.

Anda dapat memikirkan pasal-pasal yang sejajar yang Rasul Paulus gunakan, seperti Filipi 4:13, “Aku dapat melakukan segala sesuatu di dalam Kristus.” Ah, inilah kehidupan Kekristenan yang indah “Aku dapat melakukan segala perkara”. Paulus memiliki kemampuan untuk bertahan dalam setiap kesukaran. Anda dapat melemparkan segala sesuatu kepadanya dan ia tetap kuat. Ia seorang Kristen semacam itu. Bagaimana dengan anda dan saya? Kita ditimpa masalah sedikit saja dan kita jatuh. Sayangnya hidup ini penuh dengan masalah. Sebagai akibatnya, kita menemukan diri kita sendiri sering kali jatuh. Kapan kita dapat bangkit? Barang kali ketika kita ke gereja. Jadi selama 6 hari kita jatuh, dan pada hari ke-7, kita mengumpulkan sedikit kekuatan untuk bangkit. Tetapi dengan kondisi yang demikian, kita akan mengalami defisit yang tak terbatas. Saya takut kalau pada waktu yang akan datang apabila saya datang untuk berkhotbah lagi, saya tidak akan melihat anda lagi, karena defisit itu telah mengakibatkan kebangkrutan rohani.

Hal-hal Apakah Yang Dibanggakan Oleh Rasul Paulus?

Tetapi kemampuan Paulus untuk bertahan sangat mengagumkan. Bacalah saja daftar yang panjang di 2 Korintus 11:22-30. Apakah anda melihat hal-hal yang Paulus lihat sebagai sesuatu yang layak dibanggakan? Inilah sungguh-sungguh seorang yang hebat benar. Silakan anda melihat daftar tersebut. Yang mana satu dapat ditanggung anda? Ia mengalami karam kapal tiga kali, dan terkatung-katung di tengah-tengah laut Mediterranian yang dingin. Maukah anda mencobanya? Mungkin Paulus itu seorang perenang yang baik, sehingga ketika kapal mulai tenggelam, itu tidak menjadi masalah. Tetapi kalau anda tidak tahu bagaimana untuk berenang, barangkali Tuhan tidak akan menguji anda dengan cara ini?

Jika anda seorang missionari yang melayani Tuhan, sepenuh waktu bekerja sebagai pemberita Injil, tentu saja anda akan berpikir bahwa Tuhan akan meratakan jalan-Nya bagi anda. Tetapi apa yang Ia lakukan? Ia mengizinkan kapal anda tenggelam. Anda boleh saja protes: “Tetapi Tuhan, maafkan aku, itu bukan caranya memperlakukan hamba-Mu. Yang penting bukan aku bisa berenang atau tidak, tetapi menggantung-gantungkan hamba-Mu di tengah air laut seperti ini pasti bukan caranya untuk memperlakukan hamba-Mu! Tuhan, kalau Engkau melakukan hal ini sekali saja kepadaku, aku masih dapat memaafkan-Mu. Tetapi tiga kali!? Ini tidak dapat diterima. Pada waktu pertama kali aku sudah punya cukup banyak masalah, tetapi tiga kali, aku tidak sanggup menerimanya. Bukan saja karena Alkitabku basah dan hancur, tetapi semua catatan khotbahku hilang dan aku tidak dapat mengingat apa yang akan kukhotbahkan.”

Saya ragu-ragu apakah iman kekristenan anda cukup kuat untuk mengatasi hal ini. Saya percaya iman anda tidak sanggup untuk mengatasinya, jika kekristenan anda adalah semacam ini, bahwa Tuhan tidak akan pernah mengizinkan satu perkara buruk pun terjadi kepada anda. “Inilah aku hamba-Mu, siap untuk diutus dan memberitakan Firman-Mu. Tentu saja Tuhan akan meratakan jalan-Nya bagiku, benarkah?” Dan apa yang terjadi? Lif mogok, dan anda menderita malu ketika anda coba membetulinya, dan anda tidak berhasil. Jadi anda lari ke lantai bawah dan mendapati anda telah ketinggalan bis. Sudah pasti ini bukanlah caranya memperlakukan seorang hamba Tuhan.

Anda mengalami beberapa masalah lalu anda berkata, “Tuhan, mengapa Engkau memperlakukan aku seperti ini?” Itulah sebabnya saya berkata anda perlu mengerti intisari dari Kekristenan. Anda mungkin saja sudah dibesarkan dalam Kekristenan yang semacam ini, yaitu selama anda berjalan dalam kehendak-Nya, maka semuanya akan menjadi lancar. Ia boleh saja tidak meratakan jalan anda dengan bunga-bunga mawar, tetapi paling tidak bukan dengan begitu banyaknya duri.

Ketika Paulus menuliskan hal-hal itu di 2 Korintus 11, apakah tujuannya? Apakah ia menulis untuk menggerutu melawan Tuhan? Ia menuliskan hal-hal ini untuk membuktikan kepada jemaat Korintus bahwa ia adalah seorang hamba Tuhan yang sejati (ayat 23). Inilah yang menjadi penghubung antara bagian pertama dan bagian kedua dari 2 Korintus 11. Paulus mengatakan: “Apakah mereka hamba-hamba Tuhan? Aku lebih lagi. Apakah buktinya? Kapalku karam.” Bukankah ini hal yang menakjubkan? Kapal mereka tidak tenggelam dan dengan demikian mereka bukan hamba Tuhan yang sejati. Inikah pemikirannya? Apakah saya lagi membuat lelucon? Anda bacalah dan temukanlah, kalau anda dapat menemukan penghubung yang lain.

Saya baru saja membaca sebuah buku dalam dua minggu terakhir, dan kemarin saya sampai pada bagian akhir dari buku tersebut. Ketika saya membuka halaman berikutnya, saya sulit sekali mempercayai mata saya. Judul dari bagian itu justru bertepatan dengan apa yang saya khotbahkan hari ini, yaitu bukti-bukti kwalifikasi yang menunjukkan bahwa Paulus layak menjadi seorang rasul. Ia merujuk kepada nas yang sama yang saya tuliskan dalam buku catatan saya lebih dari 5 minggu yang lalu. Bukankah ini sesuatu yang luar biasa? Penulisnya membahas hal yang sama persis dengan yang saya bicarakan sekarang.

Bukti-bukti Kerasulan

Paulus menyebut kesukaran-kesukaran, pukulan-pukulan dan lemparan-lemparan batu sebagai bukti yang sungguh-sungguh menunjukkan kerasulannya. Ini sangat mengagumkan. Dalam perikop itu, ia tidak menunjuk kepada penglihatannya ketika dalam perjalanan ke Damsyik. Dalam suratnya kepada jemaat Korintus, ia mengklaim dirinya sebagai rasul yang sejati, bertentangan dengan mereka yang mengklaim diri sebagai rasul-rasul sejati, dengan argumen bahwa mereka seharusnya tahu bahwa ialah seorang rasul yang sejati justru karena lemparan-lemparan batu, pukulan-pukulan dan peristiwa kapal karam yang harus ia alami demi Injil.

Ketika Paulus keluar untuk berkhotbah, ia tidak mengharapkan Tuhan untuk melembutkan hati orang banyak supaya mereka tidak akan melemparinya dengan batu atau memukulnya. Kadang-kadang, saya keheranan mendengar banyak orang berkata, atau saya membaca dalam majalah-majalah, bahwa bukti dari kebaikan Allah adalah kalau mereka pergi ke sana dan hati orang-orang di situ sudah dipersiapkan. Mereka menerima sambutan yang baik sekali. Bahkan meskipun pada awalnya ada sedikit permusuhan, hati orang-orang yang mendengar telah diubahkan begitu mereka sampai di sana. Penerimaan dari para pendengar tentu saja kadang-kadang merupakan bukti dari pekerjaan Tuhan dalam hati manusia. Tetapi sudahkah kita mengerti kenyataan bahwa pertentangan yang hebat terhadap suatu khotbah sering kali merupakan bukti yang pasti bahwa Roh Kudus sedang bekerja dengan penuh kuasa di dalam hati para pendengar untuk menyatakan dosa mereka dan perlunya untuk berpaling kepada Tuhan supaya diselamatkan (misalnya dalam Kisah Rasul 7)?

Rasul Paulus yang malang ini dilempari batu sementara di waktu yang lain ditinggalkan untuk mati. Ia dirajam batu dengan hebat sekali sehingga berlumuran darah seluruh tubuhnya. Ia dipukul sampai pingsan dalam suatu timbunan tanah sehingga mereka menyangka ia sudah mati. Jika anda melihat wajah rasul ini, anda akan melihat banyak sekali bekas-bekas luka di seluruh wajahnya. Dan bekas-bekas luka ini, disebut Paulus sebagai “tanda-tanda kematian Yesus di dalam tubuhnya” (2 Korintus 4:10). Tidak, Paulus tidak selalu diterima dengan sambutan yang hangat.

Dan berapa kali dia dipukuli? Setiap kali Paulus dipukul, ia dipukul dengan memakai cambuk, 39 pukulan di punggungnya. Setiap kali cambuk itu mengenai tubuhnya, itu akan mengambil keluar sedikit dari kulitnya. Ketika cambuk itu mengenai tubuhnya terdapat 4 atau 5 sayatan pada waktu yang sama. Ia diberikan 40 pukulan kurang 1 sebagai tindakan belas kasihan menurut ketentuan hukum Yahudi. Dapatkah anda tahan menderita satu pukulan seperti itu, apalagi lima? Bagaimana keadaan punggung rasul Paulus? Inikah penyambutan yang baik? Tetapi anda mungkin berpikir bahwa tentu saja kalau Roh Kudus bekerja melalui Paulus, kuasa dari perkataannya akan menginsafkan para pendengarnya dan mereka akan jatuh tersungkur di atas tanah dan bertobat. Nah, ketika Stefanus di Kisah Para Rasul 7 berkhotbah dengan penuh kuasa, ia dirajam batu sampai mati. Mengapa Tuhan tidak melindungi hamba-Nya yang berharga ini, tetapi sebaliknya membiarkannya untuk dirajam dengan batu sampai mati?

Beranikah anda pergi dan memberitakan Injil? Jangan berpikir bahwa Tuhan akan meratakan jalanmu. Pada umumnya, Ia tidak akan melakukan itu. Mungkin kadang-kadang, tetapi jarang sekali Ia akan meluruskan jalanmu, sebagaimana yang anda lihat dalam Alkitab.


Kehidupan Kristen Yang Tak Terkalahkan (4)

Bagikan
Oleh: Pdt. Eric Chang

Dapatkah anda melihat bahaya dari gagasan Superman ini? Anda harus mengerti dengan jelas. Jangan bayangkan bahwa anda dapat mencapai tingkat dimana anda memiliki kekuatan yang begitu besar sehingga anda dapat berfungsi sendiri secara rohani. Jangan pernah berpikir bahwa kehidupan kekristenan anda itu umpama baterai yang dapat dicas dengan pelatihan-pelatihan, pelajaran Alkitab dan doa. Anda diisi ke tingkat yang tertentu, supaya setelah waktu doa dan pelajaran Alkitab, anda dapat keluar dan berlari untuk waktu yang lama dengan cas dari baterai itu. Kemudian anda kembali kepada Allah untuk dicas ulang hanya apabila anda merasa bahwa cas itu mulai berkurang. Ini sama sekali tidak benar. Kita harus hidup dalam kelemahan saat demi saat, dan senantiasa menarik kekuatan dari-Nya.

Kekristenan Yang Berbeda – Bermegah Dalam Kelemahan

Apa yang Paulus maksudkan ialah: “Ketika aku lemah, ketika itu jugalah aku menjadi kuat”. Itu berarti untuk menjadi kuat kapanpun, anda harus menjadi lemah. Hal ini sangat penting untuk anda mengerti. Kedua bagian dari kalimat ini tidak akan pernah dapat dipisahkan. Saat anda merasa lemah, itulah saatnya untuk bersyukur pada Tuhan. Inilah yang dimegahkan oleh Paulus.

Apakah anda merasakan kesakitan dalam tubuh anda seperti saya?

Paulus berbicara tentang duri di dalam dagingnya. Cobalah menusukkan duri ke dalam tubuhmu dan rasakan seperti apa rasanya. Itu gambaran kesakitan yang dasyat di dalam daging. Banyak sarjana berusaha untuk memahami artinya. Tidak seorangpun dapat menyatakan dengan pasti. Jika anda selalu mengeluh kepada Tuhan mengapa anda mengalami rasa sakit di tubuh, anda belum memahami rahasia kehidupan Kristen. Justru dalam kelemahan itulah kuasa Allah akan dinyatakan di dalam diri anda. Justru di ayat inilah, Paulus membanggakan hal yang satu ini: kesakitannya. Ini kekristenan yang sama sekali berbeda.

Bilamana anda mengalami kekurangan, itu merupakan kesempatan Allah untuk memperlihatkan kuasa-Nya kepada anda, dan melalui anda kepada orang lain. Anda semua tahu ceritera tentang Joni, seorang wanita atlit yang sangat menarik. Tulang lehernya patah, mengakibatkan lumpuh dari leher ke bawah. Ia seorang wanita yang masih muda dan seluruh hidupnya harus dihabiskan di atas kursi roda. Mengapa Allah mengizinkan hal seperti ini terjadi? Namun melalui kehidupannya, tak terhitung banyaknya orang telah diberkati. Mengapa? Justru karena kuasa Tuhan dinyatakan di dalam kelemahannya.

Bagaimana Kita Menghadapi Masalah-masalah Kita?

Namun saat anda merasa kurang sehat, anda merasa kurang senang. Saya sering kali merasakan sakit punggung yang melemahkan. Perhatikan kata “melemahkan”. Setiap penyakit dan rasa sakit melemahkan kita. Untuk menjadikan Paulus lebih kuat, Allah harus pertama-tama melemahkannya dulu dengan menusukkan duri ke dalam dagingnya. Mengertikah anda prinsip ini? Barangkali kita belum mencapai tahap di mana Allah dapat menusukkan duri ke dalam daging kita. Kita mengalami kesulitan mengatasi masalah-masalah kecil yang kita hadapi setiap hari. Kualitas Kekristenan kita dapat dilihat dari cara kita menghadapi masalah-masalah kita.

Ingatkah anda tentang “The Queen of the Dark Chambers” (Ratu Kamar Gelap), bagaimana matanya begitu peka terhadap sinar cahaya sehingga ia harus hidup di dalam kegelapan? Betapa tragisnya! Ia harus hidup di dalam kegelapan siang dan malam. Ia secara harfiah hidup di dalam kegelapan. Sekali lagi melalui kelemahannya kuasa Allah dinyatakan dan jutaan orang diberkati melalui kehidupannya.

Kelemahan Kita – Kesempatan Allah

Kelemahan anda merupakan kesempatan Allah untuk menunjukkan betapa dahsyat kuasa-Nya di dalam hidup anda. Inilah kemuliaan Kekristenan. Bukan karena anda tidak ada masalah tetapi justru di dalam setiap masalah, ada kekuatan untuk mengatasinya, bahkan patah tulang leher ataupun kelumpuhan. Di mana lagi kuasa Allah akan dinyatakan di dalam kehidupan kita? Apakah kemuliaan Allah dinyatakan melalui saya karena saya mengendarai sebuah Mercedes? Saya tidak perlu menjadi orang Kristen untuk mengendarai Mercedes. Tetapi saya perlu menjadi orang Kristen untuk memuliakan Tuhan, untuk mengizinkan kuasa-Nya dinyatakan melalui saya dengan duri di dalam daging. Saya tidak membutuhkan kuasa Allah untuk hidup di dalam sebuah rumah yang bagus dan besar. Tetapi saya membutuhkan kuasa Allah ketika demi Injil, saya tidak ada tempat tinggal sama sekali.

Betapa Bahagianya Menjadi Lemah

Di awal pengalaman kekristenan saya, saya melihat kuasa Allah dinyatakan melalui saudara Yang. Ia memiliki rahasia rasul Paulus dalam kehidupan kekristenannya. Ia menerima kemiskinan karena memberitakan Injil. Itu merupakan sesuatu yang ia banggakan dan megahkan. Seperti yang telah saya bagikan sebelumnya, kami hidup bersama selama beberapa bulan. Menurut anda, apa yang paling banyak saya pelajari darinya? Bukan bagaimana cara membaca Alkitab, atau bagaimana dapat berdoa berjam-jam. Tetapi dari cara ia mengatasi masalah-masalah dan kesukaran-kesukarannya, saya belajar apa itu kemuliaan Allah.

Kami berdua tidak mempunyai uang. Kadang-kadang, hanya ada satu ikan kecil untuk kami berdua. Tidak ada uang bahkan untuk membeli sayur. Kami punya uang cukup hanya untuk membeli beras. Saya masih ingat ucapan syukur dan pujiannya kepada Tuhan untuk ikan yang kecil itu. Ia selalu dikejar-kejar polisi. Ini terjadi di Shanghai. Sukacitanya di dalam Tuhan saat menghadapi setiap masalah yang membuat saya melihat kemuliaan Allah. Mengertikah anda rahasia ini?
Paulus berkata bahwa “Aku disalibkan dengan Kristus” (Galatia 2:19). Bukan “Aku telah disalibkan” (I was), tetapi “Aku disalibkan”(I am). Disalibkan berarti dianggap sebagai penjahat. Itu juga berarti penderitaan dan kematian. Penyaliban merupakan lambang dari kelemahan yang total. Inilah yang dipandang Paulus sebagai pusat kehidupannya. Justru di situlah ia menikmati persekutuan dengan Kristus. Apakah anda mempunyai pengalaman semacam ini dengan Kristus?

Di Ucapan Bahagia (Matius 5:3-12), kita dapat melihat bahwa setiap ucapan bahagia itu ada hubungannya dengan kelemahan. “Berbahagialah orang yang miskin”: orang miskin itu lemah. “Berbahagialah orang yang lemah lembut”: orang yang lemah lembut adalah orang lemah. “Berbahagialah orang yang dianiaya”: mereka dianiaya karena mereka tidak ada pertahanan. Demikianlah caranya Tuhan membuka pengajaran-Nya. Ia ingin menegaskan kepada kita bahwa seluruh rahasia kehidupan Kekristenan ialah bahwa Allah itu Allah bagi yang lemah. Kuasa-Nya dinyatakan hanya melalui kelemahan.

Daud disebut sebagai seorang yang berkenan di hati Allah (Kis 13:22). Apakah karena ia Superman? Justru sebaliknya. Ia seorang yang sangat menghargai kenyataan bahwa Allah mengasihi dan hidup di antara orang yang miskin, yang rendah hati, dan yang lemah, dan ia menulis, “Tuhan itu dekat dengan orang yang patah hati, dan menyelamatkan mereka yang remuk jiwanya.” (Mazmur 34:18) Sebenarnya ucapan bahagia yang satu ini, “Berbahagialah orang yang lemah lembut”, adalah berdasarkan perkataan Daud di Mazmur 37:11, “Orang-orang yang lemah lembut akan mewarisi negeri (atau bumi)”.

Anda Merasa Cukup Puas, Sehingga Anda Tidak Mengalami Tuhan
Saya telah mengalami keajaiban Tuhan di dalam hidup saya. Anda dapat melihatnya di dalam kesaksian saya. Saya telah banyak kali mengalami pernyataan kuasa Allah di dalam hidup saya. Tetapi yang mengkuatirkan saya adalah saya jarang mendengar orang lain membagikan pengalaman yang serupa. Saya bertanya-tanya mengapa anda tidak mengalami keajaiban pekerjaan Allah. Apakah karena saya Superman dan anda bukan? Bukan, saya bukan Superman. Saya bukan apa-apa. Justru karena itu, Allah dapat bekerja dalam hidup saya. Karena di dalam kelemahan dan kekurangan saya, Allah menyatakan Diri-Nya kepada saya.

Masalahnya ialah anda jauh lebih “super” dari saya. Anda tidak mengalami kekurangan yang saya alami dan itulah sebabnya anda tidak mengalami Tuhan. Itulah sebabnya saya menyesal untuk anda. Anda terlalu mewah. Saya tidak berkata bahwa anda kaya, tetapi anda berkecukupan, jadi anda tidak perlu mengalami persediaan Tuhan.
Pernah terjadi di Shanghai saya tidak mempunyai apa-apa untuk dimakan. Allah melakukan suatu yang ajaib untuk saya. Ia tidak akan membiarkan saya dalam kelaparan. Jika Ia

Apakah anda ingin mengalami kehidupan kekristenan yang tidak terkalahkan seperti yang Paulus alami? Apakah anda ingin memiliki kuasa rohani seperti yang dialaminya di dalam kehidupan kekristenan anda? Apakah Allah kita nyata bagi anda?
Berbahagialah orang yang miskin dan yang lemah karena Allah akan menyatakan diri-Nya kepada mereka. Siapkah anda menjadi miskin dan lemah supaya anda dapat mengalami kehidupan yang tak terkalahkan seperti Paulus?

Keintiman Yang Membuahkan Kuasa

Bagikan
Oleh: Sunanto

Belum lama ini dunia kekristenan sedikit digoncangkan oleh terbitnya dua buku yang dianggap menyesatkan yaitu buku The Da Vinci Code dan The Gospel of Judas. Herannya saya sama sekali tidak tertarik untuk membaca dua buku laris yang menimbulkan kontroversi ini. Bagi saya mau terbit seratus buku seperti diatas tetap tidak akan menggoyahkan iman kekristenan saya.

Saya tidak bermaksud mengatakan bahwa kita tidak perlu mempelajari /membahas buku-buku seperti ini tetapi kita seharusnya tidak perlu membuang energi begitu banyak untuk membahas atau memperdebatkannya bila mayoritas orang kristen memiliki pengalaman iman yang sejati bersama dengan Kristus. Orang-orang kristen yang benar-benar mengalami Kristus bukan saja tidak akan mudah terpengaruh dengan pengajaran sesat bahkan mereka tidak akan takut sekalipun harus kehilangan nyawa demi Kristus. Jemaat dalam gereja mula-mula menjadi bukti bahwa iman yang sejati tidak akan goyah sekalipun nyawa menjadi taruhannya. Itulah sebabnya walaupun gereja mula-mula tidak memiliki sarana dan sumber daya seperti kita yang miliki (bahkan mereka tidak memiliki Alkitab yang dicetak) saat ini tetapi mereka dipakai oleh Allah untuk mengubah dunia.

Dalam bukunya ‘Sepuluh Pemikiran Besar Dari Sejarah Gereja’ (terbitan momentum), Mark Shaw menulis tujuan utama manusia adalah memuliakan Allah dengan menikmati Dia selamanya. Sebelum bertobat saya adalah pecandu rokok dan pornografi tetapi ketika saya mengalami perjumpaan dengan Kristus maka saya dengan sendirinya tidak tertarik lagi dengan rokok dan pornografi. Sebelum bertobat saya sangat menikmati rokok dan pornografi tetapi ketika mengalami pertobatan dalam usia 18 tahun dan menerima kasih sejati dari Allah, semua kesenangan dunia itu menjadi tidak ada artinya.

Memang selagi dalam proses pertumbuhan kadangkala mengalami kejatuhan tetapi saya memutuskan untuk bangkit setiap kali tersandung sampai akhirnya mengalami kemenangan. Seorang anak kecil yang sedang belajar jalan sangat wajar bila ia jatuh sebab kejatuhan/kegagalan merupakan bagian dalam proses pembelajaran. Setelah selama 14 tahun berjalan bersama Yesus, semakin hari saya semakin mencintaiNya. Dia lebih berharga dari emas dan lebih indah dari permata, tidak ada satu halpun di dunia ini yang dapat dibandingkan dengan Yesus.

Janganlah berfokus kepada dosa tetapi fokuskan diri pada keintiman dengan Allah dan belajarlah menikmati Allah maka dengan mudah kuasa dosa dapat dipatahkan. Kita harus memiliki sasaran untuk mencapai sebuah tingkat rohani dimana Tuhan menjadi kerinduan dan kesukaan kita yang terbesar. Kita harus menjadi orang-orang yang dipimpin dan hidup oleh Roh sehingga kemanapun kita pergi maka kita akan membawa pengaruh yang positif. Gereja mula-mula berhasil menjungkirbalikkan dunia sebab hidup mereka dipenuhi oleh Roh Kudus.

Jonathan Edwards, salah satu tokoh kebangunan rohani meyakini bahwa bukit nyata dari sebuah kebangunan rohani adalah adanya sebuah gelombang kasih dan pelayanan bagi dunia. Orang-orang kristen yang telah disentuh oleh api kebangunan sejati akan memiliki hati yang berkobar-kobar bagi Allah. Ketika kita telah mengalami indahnya jamahan kasih Allah maka dengan sendirinya kita akan rindu membagikan pengalaman tersebut kepada orang lain.

Keintiman dengan Allah akan menghasilkan orang-orang kristen yang memiliki kuasa Roh untuk mengubah dunia. Menurut Rick Joyner, keintiman dengan Allah merupakan salah satu hal yang paling cepat menular di muka bumi ini. Doa saya semoga anda tertular dan kemudian menularkannya pada orang lain !

Kelemahlembutan dan Kelegaan

Bagikan
Penulis: Tozer, A.W.

Berbahagialah orang yang lemah lembut karena mereka akan memiliki bumi (Matius 5:5).

Di dalam dunia manusia, kita tidak mendapati sesuatu pun yang mendekati kebajikan-kebajikan yang dibicarakan oleh Yesus dalam kata-kata pembukaan Khotbah di Bukit yang terkenal itu. Sebagai pengganti ‘miskin di hadapan Allah’, kita justru mendapati kesombongan yang tinggi; bukan orang yang berduka cita, tetapi para pemburu kesenangan; bukannya kelemahlembutan, malah arogansi; bukan orang yang lapar akan kebenaran, kita malah mendengar orang-orang berkata, “Aku kaya raya dengan harta yang bertambah dan tidak membutuhkan apa-apa lagi”; sebagai ganti belas kasihan, kita mendapati kekejaman; bukannya kesucian hati, melainkan imaginasi-imaginasi yang jahat; bukannya pembawa damai, kita justru mendapati manusia yang bertikai dan saling membenci; bukan bersukacita ketika dizalimi, mereka segera membalas dengan semua senjata yang mereka miliki.

Berdasarkan moralitas seperti inilah masyarakat kita terbentuk. Situasi yang ada penuh dengan hal-hal tersebut; kita bernafas, makan dan minum bersama hal tersebut. Kebudayaan dan pendidikan juga memperkuat situasi ini dan tidak berbuat apapun untuk merubahnya. Ada banyak literatur dibuat untuk mendukung ivie bahwa hidup dalam nilai-nilai di atas adalah kehidupan yang normal. Tak heran bila iblis memanfaatkan hal ini untuk membuat perjuangan hidup kita semua lebih sulit. Semua rasa sakit hati dan kepedihan bersumber langsung dari dosa-dosa kita. Kebanggaan, egoisme, dendam, keserakahan adalah sumber-sumber penyakit moral yang mempengaruhi kedagingan manusia.

Dalam dunia seperti ini rasanya suara yang digemakan Yesus seperti berasal dari dunia yang lain : dunia yang baik dan aneh. Adalah baik bahwa Dia bicara karena tak ada seorangpun dapat melakukan hal tersebut dan adalah baik bagi kita untuk mendengarkanNYA. Kata-kataNya adalah inti dari kebenaran. Dia tidak mengemukakan pendapat, Yesus tak pernah beropini. Dia tak pernah menduga-duga, Dia sudah tahu sebelumnya dan Dia selalu tahu. Kata-kataNYA tak seperti Salomo yang mengumpulkan kebijakan yang ada atau hasil dari pengamatan tajam terhadap kehidupan. Dia bicara dari kepenuhanNYA sebagai anak Allah dan kata-katanya adalah kebenaran itu sendiri. Hanya Dia yang dapat mengatakan ‘diberkatilah’ dengan penuh otoritas karena Dia sendirilah Yang Diberkati itu sendiri. Dia datang dari atas untuk menurunkan berkat bagi umat manusia. Dan kata-katanya diikuti oleh perbuatan yang jauh lebih besar dari yang pernah dilakukan oleh siapapun di muka bumi ini. Ini adalah kebajikan untuk kita dengarkan.

Sebagaimana kebiasaan Yesus, Dia memakai kata ‘lemah lembut’ dalam kalimat yang singkat dan padat dan barulah kemudian menjelaskannya. Dalam kitab Matius jugalah Dia mengatakan pada kita hal-hal lebih lanjut tentang kelemah lembutan dan mengaplikasikan itu dalam kehidupan kita. “Marilah kepadaKU semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu. Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah padaKU, karena AKU lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan.” Di sini kita melihat 2 hal kontras yaitu beban dan istirahat. Beban yang dimaksud disini bukanlah beban pribadi – walaupun aneh kedengarannya bagi orang yang pertama kali mendengarnya – tetapi adalah beban yang dipikul seluruh umat wanusia. Di dalamnya tidak termasuk tekanan akibat kemiskinan atau kerja lembur. Tetapi lebih dalam lagi dari itu, beban ini dirasakan baik oleh si kaya maupun si miskin, karena harta ataupun bersantai tidak dapat membebaskan kita dari beban ini.

Beban yang dipikul umat manusia amatlah berat dan bersifat menghancurkan. Kata yang digunakan Yesus memiliki arti,” beban yang dipikul atau kerja yang dilakukan hingga titik nadir kelelahan”. Secara sederhana, kelegaan adalah dibebaskan dari beban tersebut. Ini bukanlah apa yang secara aktif kita lakukan tetapi apa yang kita alami ketika kita berhenti melakukan sesuatu. Kelemahlembutan-Nya, itulah kelegaan. Mari kita amati beban kita. Secara keseluruhan beban tersebut adalah sesuatu yang berhubungan dengan manusia batiniah. Hal tersebut menyerang hati dan pikiran lalu merambah tubuh kita dari dalam. Pertama adalah beban kesombongan. Jerih lelah demi cinta diri semiiri sebenarnya amat membebani. Pikirkan baik-baik, bukankah kebanyakan kesedihan anda berasal dari ucapan seseorang yang menganggap remeh anda? Selama anda menempatkan diri anda sehagai tuhan kecil, yang kepadanya anda harus setia maka akan ada selalu orang-orang yang kesenangannya adalah melawan ‘berhala anda’ tersebut. Jika demikian, bagaimana anda dapat berharap untuk menemukan kedamaian dalam diri? Hati anda yang berusaha keras melindungi diri anda dari apapun yang mengganggu kehormatan anda mulai dari dari opini buruk teman maupun lawan sampai hal-hal kecil lainnya, tidak akan pernah membiarkan pikiran anda untuk beristirahat. Teruskan perang ini bertahun-tahun dan akhirnya beban ini menjadi tak tertahankan. Namun anak-anak manusia terus menerus membawa beban ini, menantang setiap perkataan yang diucapkan untuk menentang mereka, menciut di bawah kritikan, tertekan di bawah tindakan peremehan, dan gelisah tidak bisa tidur jika ada orang lain yang Iebih unggul daripada mereka.

Sungguh beban seperti ini tidaklah perlu dipikul. Yesus memanggil kita pada kelegaan-Nya dan kelemahlembutan adalah metode-Nya. Orang yang lembah lembut tak pernah peduli siapa yang lebih hebat darinya, karena sudah semenjak jauh sebelumnya dia menyadari bahwa penghargaan yang diberikan dunia tidaklah layak untuk dikejar. la mengembangkan bagi dirinya sendiri sense of humor yang menyenangkan dan belajar untuk berkata “Oh, jadi kamu telah diremehkan? Mereka pilih orang lain ketimbang kamu? Mereka bergunjing bahwa kemampuan kamu rendah? Dan sekarang kamu terluka karena dunia mengatakan hat-hal tentang kamu yang sebenarnya adalah pendapat kamu tentang dirimu sendiri? Baru kemarin kamu mengatakan kepada Tuhanmu bahwa kamu adalah ‘nothing’, hanyalah debu. Di mana konsistensimu? Ayo, rendahkanlah dirimu dan berhentilah memikirkan pada apa yang dipikirkan manusia.”

Orang yang lemah lembut bukanlah si pengecut yang terperangkap oleh rasa rendah dirinya. Namun, dalam kehidupan moralnya ia mungkin seberani singa dan sekuat Simson. Bedanya dia telah berhenti membodohi dirinya sendiri. Dia telah menerima cara pandang Tuhan terhadap hidupnya. Dia tahu bahwa dia lemah dan tak berdaya seperti yang dikatakan Tuhan padanya, tetapi juga pada saat bersamaan dia tahu bahwa dalam pandangan Tuhan dia adalah seorang yang berharga, bahkan lebih penting daripada para malaikat. Di dalam dirinya sendiri, ia bukan apa-apa; di dalam Allah, ia segalanya. Inilah semboyan hidupnya. Dia tahu benar bahwa dunia tidak akan memancingnya sebagaimana Tuhan memandangnya dan dia berhenti kuatir tentang pandangan dunia. Dia dengan santai dan puas membiarkan Tuhan menempatkan nilai-nilai dirinya. Dia akan dengan sabar menantikan hari dimana segalanya akan mendapat label harganya masing-masing dan hal-hal yang memang sejatinya berharga akan tampak. Dan orang-orang benar akan bersinar dalam kerajaan Bapa. Dia bersedia menunggu hari itu.

Sementara masa penantian, dia akan mendapatkan tempat istirahat bagi jiwanya. Ketika dia berjalan dalam kelemahlembutan, dia dengan senang hati akan membiarkan Tuhan membelanya. Keinginan lama untuk membela dirinya sendiri hilang. Dia telah menemukan kedamaian dalam kelemahlembutan.

Dia juga akan mendapatkan kelepasan dari beban kepura-puraan. Yang saya maksudkan bukanlah kemunafikan, tapi naluri wajar manusia untuk menampilkan yang terbaik di depan mata dan menyembunyikan kemiskinan jiwa kita. Karena dosa telah memainkan banyak trik jahat atas kita, dan salah satunya adalah merasuki kita dengan rasa malu yang salah. Jarang sekali ada pria atau wanita yang benar-benar berani menjadi dirinya sendiri tanpa berusaha mengendalikan impresi yang ingin mereka timbulkan pada orang lain. Rasa takut yang timbul kalau-kalau orang lain mengetahui siapa diri mereka sebenarnya menggerogoti diri mereka seperti binatang pengerat. Manusia berbudaya selalu dihantui ketakutan bahwa suatu saat ada orang lain yang lebih berbudaya daripada dirinya. Manusia terpelajar takut bertemu dengan mereka yang lebih terpelajar. Manusia kaya berkeringat dingin, takut kalau-kalau pakaiannya, mobilnya atau rumahnya suatu hari kelak terlihat murahan dibanding si kaya lain. Apa yang disebut ‘masyarakat’ sesungguhnva digerakkan oleh motivasi ini dan kelas masyarakat miskin malah mungkin sedikit lebih baik.

Janganlah menertawakan hal ini. Beban-beban ini sungguh nyata dan sedikit demi sedikit membunuh korban-korban dari cara hidup yang jahat dan tidak alami ini. llmu jiwa tercipta bertahun-tahun melalui hal-hal ini, menjadikan kelemahlembutan yang sejati tidak nyata seperti mimpi dan bintang yang jauh di langit. Kepada semua korban penyakit yang menggerogoti ini, Yesus berkata “Kamu harus menjadi seperti anak kecil” (Matius 18:3). Karena anak-anak kecil tidak pernah membandingkan; mereka mendapat kesenangan dari apa yang mereka dapat tanpa mengaitkannya dengan orang lain atau hal lain. Hanya setelah menjadi semakin dewasa, dosa mulai berkuasa dalam hati dan muncullah iri hati dan dengki. Lalu mereka tidak bisa lagi menikmati apa yang mereka miliki jika orang lain memiliki sesuatu yang lebih besar atau lebih baik. Pada usia yang sangat muda, beban yang menyakitkan itu mulai masuk ke dalam jiwa mereka yang Iembut dan tidak pernah meninggalkan mereka sampai Yesus membebaskan mereka.

Sumber beban yang lain adalah kepalsuan. Saya yakin kebanyakan orang hidup dalam ketakutan tersembunyi kalau-kalau suatu hari mereka cerobah dan secara kebetulan teman atau musuh mereka akan mengintip jiwa mereka yang miskin dan kosong. Jadi mereka tak pernah tenang. Orang-orang yang pintar selalu tegang dan waspada dalam ketakutan mereka bahwa sewaktu-waktu mereka terjebak untuk mengatakan sesuatu yang ‘biasa-biasa saja’ atau yang bodoh. Orang yang banyak bepergian khawatir jika suatu hari mereka bertemu dengan beberapa Marco Polo yang mampu menceritakan beberapa tempat terpencil yang tak pernah mereka kunjungi.

Situasi yang tidak wajar ini adalah bagian dari warisan dosa kita yang menyedihkan, tapi dalam masa ini diperburuk oleh keseluruhan cara hidup kita. Iklan misalnya, sangat menggantungkan diri pada kebiasaan manusia untuk berlagak. Banyak kursus-kursus yang ditawarkan dalam berbagai bidang pengetahuan manusia sesungguhnya menarik keinginan korban untuk tampil istimewa dalam sebuah pesta. Buku-buku dijual, pakaian-pakaian dan kosmetika terus menerus dijajakan dengan mengambil untung di atas keinginan untuk tampil berbeda dari diri kita yang sebenarnya. Kepalsuan adalah satu kutukan yang akan sirna ketika kita berlutut di kaki Yesus dan menyerahkan diri pada kelemahlembutan-Nya. Maka kita tidak akan memikirkan lagi tentang apa yang orang lain pikirkan tentang kita selama Tuhan berkenan kepada kita. Hakekat sebenarnya dari diri kita menjadi jauh lebih penting dan penampilan kita tidak menduduki skala kepentingan yang lebih rendah. Selain dosa tak ada hal yang membuat kita malu. Hanya keinginan jahat untuk menjadi istimewalah yang membuat kita menampilkan sesuatu yang berbeda Hari keadaan kita yang sesungguhnya.

Pusat dunia ini sedang dihancurkan di bawah beban kesombongan dan kepura-puraan ini. Tidak akan ada kelepasan dari beban ini jika kita terpisah dari kelemahlembutan Kristus. Baik, argumentasi yang baik kelihatannya sedikit membantu, tapi nyatanya sifat buruk ini begitu kuat sehingga jika kita menekannya di suatu tempat, sifat tersebut akan muncul di tempat lain. Kepada semua pria dan wanita di mana pun, Yesus berkata, “Datanglah padaKu dan Aku akan memberi kelegaan.” Kelegaan yang ditawarkan adalah kelegaan kelemahlembutan-Nya, kelegaan yang datang dari kemampuan untuk menerima diri kita sendiri apa adanya dan berhenti berpura-pura. Akan dibutuhkan keberanian pada awalnya tetapi akhirnya anugrah yang dibutuhkan akan datang bersamaan dengan proses pembelajaran kita, proses membagi kuk yang baru dan mudah bersama dengan Anak Allah yang kuat. Dia menyebutnya “kuk-Ku” dan Dia akan berjalan di sisi sana sementara kita berjalan di sisi yang lain.

Tuhan, jadikan aku seperti seorang anak kecil. Bebaskan aku dari desakan untuk bersaing dengan orang lain untuk mendapatkan kedudukan atau gengsi atau posisi. Aku akan menjadi sederhana dan bersahaja seperti seorang anak kecil. Bebaskan aku dari sikap berlagak dan berpura-pura. Ampunilah aku karena aku hanya memikirkan diriku. Tolonglah aku melupakan diriku dan menemukan damai sejahteraku yang sejati dalam memandang-Mu. Aku merendahkan diriku di hadapan-Mu supaya Engkau menjawab doa ini. Letakkan di atasku kuk-Mu yang mudah, yaitu melupakan diri sendiri, sehingga melaluinya aku mendapat kelegaan. Amin.

Kerja Terus, Terus Kerja

Bagikan
Penulis : Saumiman Saud

Kerja terus dan terus kerja, kapan berhentinya? Suatu pertanyaan yang selalu terngiang ditelinga kita bukan? Ada orang bilang ia harus kerja sampai tua kalau tidak sia-sia hidupnya, sebaliknya ada yang bilang kalau kerja terus sampai tua juga sia-sia, kapan santainya?. Ada lagi orang yang bekerja pagi, siang, sore dan malam, dan istirahatnya kalau sudah jatuh sakit, dan ada yang lebih ekstrem lagi biarlah kerja terus dan terus kerja sampai mati, yang penting banyak uang masuk, jadi uang dicari terus, namun tidak pernah memakainya.

Kita juga sering mendengar orang mengatakan bahwa “Waktu adalah uang”, namun Jack Collins dalam bukunya Work Smarter Not Harder tidak setuju dengan prinsip ini. Menurut beliau, pada kenyataannya justru “Kerja adalah sama dengan uang”, bila anda berpendapat bahwa waktu adalah uang cobalah berhenti bekerja, dan periksalah berapa banyak uang yang datang dengan sendirinya. Dengan kata lain “kerja” itu sangat penting, sehingga tidak heran ada orang yang sampai setengah mati kerja hanya untuk sesuap nasi, itu tidak salah, ketimbang ia tidak mau kerja tetapi tetap perlu sesuap nasi.

Di dalam dunia yang penuh persaingan bisnis ini, masing-masing orang diperhadapkan dengan berbagai perlombaan, untuk menciptakan prestasi dan prestise yang paling tinggi. Semua orang ingin sukses, semua orang ingin berhasil, tidak ada yang bercita-cita untuk gagal, dan bukan hanya itu bila perlu apabila saya berhasil maka engkau yang harus gagal, sebab engkau akan menjadi saingan bila engkau juga berhasil. Zaman sekarang ini, kalau orang bekerja selama dua belas sampai lima belas jam sehari bukan merupakan barang aneh lagi. Sebaliknya hal ini malah telah menjadi seperti suatu “keharusan”. Bahkan sisa pekerjaan dari kantor di bawa pulang ke rumah sebagai bahan lembur.

Istilah “Cukup” dan “Puas” seakan-akan tidak berlaku lagi. Jadi yang muncul dalam benak masing-masing orang yakni bersaing, bersaing, dan bersaing terus. Jika kita tidak mau kerjakan pekerjaan ini orang lain mau. Jika kita tidak terima pekerjaan itu, orang lain menerima. Jika kita minta harga yang lebih mahal, orang lain berani memberikan harga yang lebih murah! Jika kita berani terima pekerjaan itu dengan untung yang minimal, orang lain berani menerimanya dengan tidak untung sesenpun atau rugi, yang penting pekerjaan itu harus menjadi miliknya. Inilah hal-hal umum yang sedang terjadi di kalangan dunia bisnis. Mereka menganggap bahwa tujuan utama bekerja adalah mencari uang dan kekayaan, namun lain dengan konsep Alkitab, Allah mengajar kita bekerja untuk Allah.

Bekerja bagi Allah merupakan suatu kegiatan kita untuk memenuhi Amanat dan tujuan hidup Sorgawi. Bekerja merupakan suatu pelayanan sekaligus merupakan ibadah. Tuhan Yesus mengatakan “Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberikan kelegaan kepadamu. Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah-lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan. sebab kuk yang Kupasang itu enak dan beban-Ku pun ringan (Mat 11:28-30)”. “Kelegaan” yang dilukiskan oleh Tuhan Yesus di sini adalah kelegaan atau ketenangan roh kita, suatu kelegaan atau kepercayaan kepada janji-janji dan persediaan Allah untuk berbagai kebutuhan kita yang paling dalam, paling pribadi, dan paling didambakan . Ini berarti bahwa waktu bersenang dan bersantai, kebebasan dari bekerja; sesungguhnya dimulai di pekerjaan. Semua ini akan terjadi tatkala kita berhenti mengandalkan pekerjaan kita dan mulai mempercayakan Tuhan Yesus untuk menyediakan berbagai kebutuhan kita.

Sebuah kisah yang benar-benar terjadi, pada suatu hari di penghujung tahun 1969, di dalam sebuah perpustakaan penelitian dari Universitas California di Berkeley, seorang pemuda tiba-tiba mengamuk. Ia masuk perpustakaan sambil berteriak histeris kepada rekan-rekan mahasiswa yang terheran-heran, “:STOP!,STOP! Anda sudah mulai mendahului saya!” Pemuda ini kemudian ditangkap, tetapi kejahatan apakah sebenarnya yang telah dilakukannya? Tidak ada. Ia hanya stress!! “Orang lain sudah mulai mendahului saya” katanya.

Sementara anda mulai bekerja, orang lain berolah-raga, mereka telah mendahului anda. Sementara orang lain dipromosikan naik pangkat, mereka telah mendahului anda. Sementara orang lain membaca buku yang anda belum baca, orang itu telah mendahului anda. Sementara tetangga baru membeli mobil mewah, orang itu telah mendahului anda.

Sementara banyak sementara yang orang lain telah mendahului anda.

Jadi tidak pernah ada rasa puas dan ini cenderung menjadikan pekerjaan kita sebagai berhala. Kita begitu diikat, seakan-akan kalau tanggal merah saya tutup toko, orang lain sudah mendahului anda. Berapa banyak orang yang terjebak dalam kasus ini? Apalagi kalau hari minggu tutup toko, langganan semuanya bisa lari, lalu anda tetap membuka toko sehingga tidak ada waktu datang ke gereja. Kita sering mendengar ada orang dengan bangga bercerita kepada temannya, bahwa sudah bertahun-tahun ia tidak pernah mengambil cuti. Atau mereka begitu sibuk sehingga waktu untuk istirahat sehari sajapun tidak ada. Lalu teman-temannya mulai mumuji dia, wah hebat; ini dia yang paling giat. Sementara yang lain menasihati dia, kerja tidak usah dipaksa, ia merasa ini suatu kebanggaan. Sebab ia bisa bekerja “mati-matian”.

Saya bersyukur sebagai hamba Tuhan di gereja sudah disediakan waktu sebulan untuk cuti, dan tahun ini setiap hamba Tuhan di gereja diharuskan mengambil cuti tersebut. Namun sayang, bagi saya cuti itu berarti menghabiskan dana, mungkin suatu saat gereja juga memikirkan kompensi cuti buat hamba Tuhannya. Saya mengajak kita mengubah konsep bahwa cuti jangan diartikan dengan malas bekerja. Tetapi istirahat untuk memperbaharui semangat.

Memang, dalam waktu yang singkat sumber utama identitas orang Kristen adalah dilihat dari pekerjaannya. Biasanya sesudah kita berkenalan dengan seseorang dengan menyebut nama, kita biasanya menjelaskan apa pekerjaan kita. Baru-baru ini saya sempat berkenalan dengan tetangga yang ada di seberang rumah (kebetulan masih kampung), lalu saya tanya “Mas, apa kerja anda? dengan malu dan suara yang agak kecil hampir tidak kedengaran oleh telinga ia menjawab “Cleaning service di sebuah klinik”. Ia agak sungkan menyebut pekerjaannya, coba bandingkan dengan orang yang mempunyai jabatan yang tinggi misalnya direktur atau pimpinan perusahaan, biasanya dengan bangga dan suara yang agak keras ia menyebutkan pekerjaannya.

Selain itu ada semboyan yang berbunyi “Kita belum melayani Tuhan benar-benar bila kita tidak berjuang mati-matian.” Dengan letih tetapi bangga kita cenderung untuk berjuang habis-habisan daripada diam berkarat. Padahal menurut saya kedua-duanya sama tak masuk akal. Kerja bagi orang percaya identik dengan pelayanan. Masalahnya adalah bagaimana konsep kita terhadap pekerjaan itu? Apa tujuan utama kita bekerja? Menjadi kayakah atau ada yang lain?

Saya pikir orang kristen harus mempunyai konsep yang benar dahulu tentang pekerjaan itu, bukan sekadar untuk mencari kekayaan. Berbahaya sekali apabila kita mempunyai konsep yang keliru ini, kita boleh menghalalkan segala pekerjaan, yang penting kaya. Namun kalau tujuannya merupakan pelayanan itu lain soal, itu berarti segala pekerjaan yang kita lakukan haruslah yang sesuai dengan kehendak Tuhan.

Menurut Markus 6:30-34, Yesus dengan sengaja mencari kelegaan sesudah letih melayani orang lain. Ia juga menganjurkan kepada murid-murid-Nya melakukan hal yang sama. Kehidupan Yesus sungguh seimbang, Ia melaksanakan semua tugas yang dipercayakan Allah Bapa kepada-Nya dengan sempurna. Bila begini cara Yesus hidup, maka dengan sendirinya kita perlu teladani. Seandainya hari ini anda sudah terlanjur membentuk kebiasaan bekerja yang kelewat batas tanpa istirahat, maka mungkin akan “sangat sulit” bagi anda untuk merubahnya. Tetapi, ingatlah bahwa “sangat sulit” bukan berarti tidak bisa atau mustahil!! Tetapi “sangat sulit” itu berarti bisa berubah, asalkan kita mau mencobanya.

Ada dua cara untuk memanfaatkan waktu yang senggang tatkala kita sudah berlelah kerja selama ini :
Berhentilah menjejali pikiran dengan seluk-beluk kehidupan yang tiada habis-habisnya ini, soalnya memang tidak pernah habis.
Juruselamat kita Yesus Kristus dengan tegas mengatakan bahwa kita tidak dapat melayani Allah dan manusia pada saat yang sama. Tetapi betapa kerasnya kita berusaha untuk mengatasi ini! Perkataan Tuhan Yesus di dalam Matius 6 dapat kita simpulkan menjadi : “Jangan memaksa diri melakukan apa yang hanya dapat ditangani oleh Allah.” Setiap pagi anda harus dengan sengaja memutuskan untuk tidak membiarkan rasa kuatir, rasa takut, rasa cemas, rasa was-was yang senantiasa menyita waktu anda dan merampas saat santai anda. Buang semua itu, untuk memulai pelayanan kita hari ini. Sebagai orang Kristen tentunya kita membuka setiap hari dengan saat teduh dan membaca Alkitab, sehingga sejak pagi hari saja kita mengisi diri kita dengan firman Tuhan.
Mulailah mengambil waktu untuk bersantai, karena waktu yang disediakan saat senggang adalah untuk santai.
Sesudah menciptakan dunia, Allah beristirahat, nah kita sekarang diperintahkan untuk meniru-Nya. Lihat Efesus 5:1 “Sebab itu jadilah penurut-penurut Allah, seperti anak-anak yang kekasih” Bahasa Yunani dari “Jadilah penurut-penurut” diterjemahkan dari “mimeomai”, melalui kata ini nantinya muncul istilah “Mimik atau meniru”. Kata jadilah “penurut-penurut ini muncul dalam bentuk “terus-menerus” dan memberi kesan kebiasaan tetap atau artinya selama-lamanya harus menurut. Jadi kesimpulannya kita harus menjadi penurut-penurut Allah secara terus-menerus; termasuk di dalam mengambil waktu senggang ini,agar supaya istirahat bisa hadir di dalam kehidupan kita. Tempatkanlah Yesus Kristus di pusat kehidupan kita, Ia harus berada di tempat yang seharusnya sebelum kita dapat mengharapkan dunia kita berputar mulus.
Pada suatu malam seorang bapak yang kecapaian setelah membanting tulang seharian berjalan terseok-seok ke rumahnya. Ia baru melewatkan hari yang penuh dengan tekanan, desakan dan tuntutan di tempat kerjanya. Ia sangat mendambakan saat rileks dan penuh ketenangan. Dengan letih ia mengambil surat kabar dan berjalan menuju kamar belajar. Baru saja ia membuka sepatu, tiba-tiba anak lelakinya yang baru berusia lima tahun melompat ke atas pangkuannya. Wajahnya berbinar-binar dengan riang. “Hai, Pa………….yuk kita main!”

Bapak ini sangat mengasihi anaknya, tetapi kebutuhan akan sedikit waktu untuk diri sendiri saat itu lebih besar daripada untuk bermain dengan si kecil. Tetapi bagaimana caranya mengatur hal ini? Ketika itu surat kabar sedang memuat berita hangat mengenai satelit bulan dan gambar yang besar planet bumi. Sang ayah mendapat ide lalu menyuruh anaknya mengambil gunting dan transparent tape. Dengan cepat digunting-guntingnya gambar bumi tadi dalam bentuk yang tidak beraturan lalu memberikan tumpukan teka-teki gambar itu kepada sang anak. “Coba kau sambung-sambung kembali potongan ini. Setelah selesai kamu boleh kembali, lalu kita bermain bersama-sama, Okey”

Dengan segera anak itu berlari ke kamarnya sementara si ayah menarik nafas lega. Tetapi kurang dari sepuluh menit kemudian si anak sudah muncul membawa gambar yang sudah selesai direkat dengan sempurna. Dengan terheran-heran ayahnya bertanya: Bagaimana caranya kau melakukannya dengan begitu cepat nak?” “Ah gampang ayah, di balik gambar ini kan ada gambar orang. Bila orang itu dipersatukan, bumi juga akan bersatu.”

Demikianlah halnya hidup ini bila kita menempatkan manusia dengan benar, akan terjadi hal-hal yang mengherankan dengan dunia kita ini; terutama dengan diri kita sendiri. Saya menjamin bahwa pada analisa akhir atas hidup anda yaitu pada saat anda berhenti dan menoleh pada cara anda menghabiskan waktu, maka penggunaan waktu senggang akan jauh lebih penting daripada untuk membanting tulang. Jangan menunggu sampai penyakit sudah datang, baru menikmati hidup ini. Jangan tunggu sampai sudah tinggal sisa hidup kita baru sungguh-sungguh menikmati waktu senggang. Saya hendak mengutip apa yang dikatakan salah seorang pendeta di Surabaya. Beliau mengatakan sewaktu muda orang-orang bekerja mati-matian menjual tenaga (kesehatan), lalu setelah uangnya banyak, masa tuanya penuh penyakit, dan saat itulah orang berusaha mati-matian untuk membeli lagi kesehatan. Jadi sepertinya sia-sia bukan?

Orang Kristen yang bertanggung jawab untuk bekerja, tentunya juga ia akan memilih pekerjaan yang baik dihadapan Tuhan dan manusia. Kekristenan tidak mengajar kita menjadi penganggur, sebab Allah kita bukan “penganggur”, tetapi Allah kita justru Allah yang bekerja sepanjang sejarah dengan karya ciptaan-Nya sungguh ajaib. Kerja bukan dosa, asalkan kita mengerjakan segala sesuatu yang berkenan dihadapan Allah. Jikalau pandangan kita semua tentang pekerjaan sudah mengarah ke arah pelayanan bagi Tuhan, maka apapun profesi atau kerja kita asalkan tidak bertentangan dengan Tuhan; maka lakukanlah dengan penuh tanggung-jawab, dengan demikian tidak ada yang merasa malu dengan pekerjaannya; sebab semuanya ditujukan untuk kemuliaan nama Tuhan, bukan untuk diri sendiri lagi.

Memang di dalam dunia realita ini orang-orang bekerja sesuai dengan tingkat pendidikan yang ada, tidak mungkin orang yang buta huruf lalu bekerja sebagai manager atau direktur, kecuali perusahaannya itu warisan orang tua. Saya tidak mengatakan orang yang buta huruf atau yang miskin akan gagal terus, tetapi asalkan ia rajin dan giat; banyak sekali contoh konkret yang sudah sering kita lihat; mereka yang seperti ini tidak sedikit yang akhirnya menjadi konglomerat.

Prinsip utamanya sebagai orang kristen tentunya “kerja dengan penuh takut kepada Tuhan”. Kerja itu penting; namun istirahat itu juga penting. Marilah kita ambil jalan tengah yakni mementingkan kedua-duanya, dengan demikian maka tidak ada alasan lagi bahwa pekerjaan kita menghalangi kita melayani Tuhan. Saya mengerti sekali bagi anda yang hidup di Amerika ini, rasanya setiap hari itu penuh dengan pekerjaan. Yang di computer, hari-hari penuh dnegan projek dan deadline. Suami �isteri harus kerja, apalagi ada beban membayar uang cicilan rumah, semakin tertekan untuk bekerja mati-matian. Saya juga mengerti kalau anda ada yang bekerja harus berdiri selama 8 jam, kalau masih kuat tambah lagi pekerjaan lain yang 8 jam lagi, jadi di dalam satu hari anda berjuang 16 jam. Kemudian sesudah pulang ke rumah harus lagi mengurus pekerjaan yang di rumah, dari mulai bersih-bersih rumah sampai cuci pakaian, belum lagi mengurus anak-anak. Saya tidak tahu anda istirahatnya berapa lama?

Nah kalau hal ini berjalan terus-menerus, timbul pertanyaan pula, uang yang anda cari itu untuk apa? Untuk membayar dokter pada waktu anda sakit? Sekali lagi, kerja itu penting, kesehatan itu juga penting, mari jaga keseimbangannya.

Tinggalkan komentar